CARI

HOME

Kamis, 02 September 2010

BUAH IBADAH PUASA

Buah Ibadah Puasa‎
Oleh: Drs H. M.Munzir, M H I‎

Allah swt. telah menetapkan tujuan penciptaan ‎manusia dan jin, yaitu untuk beribadah kepada-‎Nya. Allah swt. berfirman:‎

‎“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia ‎melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” ‎‎(Adz-Dzaariyat:56).‎

Ibadah dalam Islam mencakup seluruh sisi ‎kehidupan, ritual dan sosial, hablumminllah ‎‎(hubungan vertikal) dan hablumminannas ‎‎(hubungan horizontal), meliputi pikiran, perasan ‎dan pekerjaan.‎

قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (١٦٢‏‎) ‎

‎“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, ‎hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan ‎semesta alam.” (Al-An’am:162).‎

Ibadah yang benar manakala terpenuhi dua syarat, ‎yaitu ikhlas karena Allah swt. dan sesuai aturan ‎syari’at. Allah berfirman :‎

‎“‎

‎“Dzat Yang menjadikan mati dan hidup, supaya ‎Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih ‎baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha ‎Pengampun.” (Al-Mulk:2).‎

Para ahli tafsir sepakat bahwa yang dimaksud ‎dengan ahsanu ‘amala (yang terbaik amalnya) ‎adalah akhlashuhum lillah (yang paling ikhlash ‎karena Allah) dan atba’uhum lisysyari’ah (yang ‎paling komitmen mengikuti aturan syari’ah)‎
Semua ibadah yang diperintahkah dalam Islam ‎bertujuan untuk membentuk manusia taqwa .‎

Hakikat ibadah

Ibnu At-Taimiyah berkata: “Ma’na ashal dari kata ‎ibadah adalah tunduk. Sedangkan ibadah yang ‎diperintahkan oleh syari’at adalah perpaduan antara ‎ketaatan sempurna dan kecintaan yang penuh.”‎

Ibnu Al-Qoyyim Al-Jauziyah bekata: “Ibadah ‎adalah gabungan antara ketaatan yang penuh ‎dan cinta yang sempurna.”‎

Maka yang taat kepada Allah swt. tapi tidak cinta ‎kepada-Nya maka ia belum dikatakan beribadah.‎

‎“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, ‎saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, ‎harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan ‎yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat ‎tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai ‎dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-‎Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan ‎keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk ‎kepada orang-orang yang fasik.” (At-Taubah :24).‎

Dan yang mencintai Allah tapi tidak taat kepada-‎Nya, maka ia belum dikatakan beribadah kepada ‎Allahswt.‎

‎“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai ‎Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan ‎mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha ‎Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali ‎‎‘Imran:31).‎

Nataij Ibadah (Buah Ibadah)‎

Ibadah yang sahih akan melahirkan sikap dan ‎prilaku yang positif dalam kehidupan sehari-hari ‎yang menjadi bekal dan pegangan dalam ‎mengemban amanah sebagai hamba Allah swt. ‎khususnya amanah da’wah. Di antara dampak ‎positif dari ibadah adalah sebagai berikut:‎

‎1. Meningkatnya keimanan. Ulama ahlu as-sunnah ‎wal jama’ah sepakat bahwa iman mengalami turun ‎dan naik, kuat dan lemah, pasang dan surut, ‎menguat dengan amal salih atau ketaatan dan ‎menurun karena maksiat. Allah berfirman:‎

‎“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah ‎mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah ‎hati mereka, dan apabila dibacakan ayat- mereka ‎bertawakkal. ayatNya bertambahlah iman mereka ‎‎(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah.” (al-‎Anfal:2).‎

Oleh karenanya, ibadah yang kita lakukan harus ‎berbasis keimanan dan keikhlasan, sebagaimana ‎sabda Rasulullah SAW.‎

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ‎ ‎

‎“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan ‎karena iman dan ikhlas, maka akan diampuni dosa ‎yang telah lalu”. (HR.Bukhari)‎

‎2. Semakin kuat penyerahan diri kepada Allah ‎‎(Optimis). Ketika kaum muslimin menghadapi ‎kekuatan sekutu pada perang ahzab keyakinan ‎mereka akan kemenangan yang dijanjikan Allah ‎semakin mantap dan keimanam mereka semakin ‎kuat.‎

‎“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat ‎golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka ‎berkata : “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-‎Nya kepada kita”. dan benarlah Allah dan Rasul-‎Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah ‎kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” (Al-‎Ahzab:22).‎

Dan ibadah yang dilandasi penyerahan diri dan ‎ketaatan kepada Allah akan menghasilkan banyak ‎hal positif, sebagaimana firman Allah:‎

‎“(tidak demikian) bahkan barangsiapa yang ‎menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat ‎kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya ‎dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan ‎tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al-‎Baqoroh:112).‎

‎3. Ihsan dalam beribadah, yaitu as-syu’ur bii ‎uroqobatillah (merasa selalu diawasi Allah) ‎sebagaimana Rasulullah menjelaskan dalam hadits:‎

‎“‎الْإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاك َ‎“ ‎

‎“Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah ‎seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak ‎melihat-Nya sesungguhnya Allah Melihat kamu.” ‎‎(HR.Bukhari).‎

Ketika seorang muslim merasa diawasi Allah dalam ‎beribadah, maka dia berusaha maksimal ‎melalukannya sesuai dengan petunjuk syari’at dan ‎ikhlas karena-Nya, inilah yang dimaksud dengan ‎ihsan di dalam surat Al-Mulk ayat 2:‎

Para ahli tafsir sepakat yang dimaksud dengan amal ‎yang lebih baik adalah amal yang mengikuti syariat ‎dan ikhlas karena Allah.Rasulullah membahasakan ‎dengan kata itqon seperti dalam hadits berikut ini,‎

عن عائشة ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال‎ ‎

‎: « ‎إن الله عز وجل يحب إذا عمل أحدكم عملا أن يتقنه‎ » ‎

Dari A’isyah ra. bahwa Rasulullah bersabda: ‎‎“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai bila ‎seorang di antara kamu mengerjakan sesuatu ‎pekerjaan dengan itqon(professional).” ‎‎(HR.Thabrani).‎

Kemudian Rasulullah saw. menjelaskannya dengan ‎hadits yang lain,‎

عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ :َقَالَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ‎ ‎
وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ‏ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ‎ ‎


Dari Syaddad bin Aus ra. berkata, bersabda ‎Rasulullah saw.: Sesunggguhnya Allah mewajibkan ‎ihsan (profesional) dalam semua urusan, jika kamu ‎membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik ‎dan jika kamu menyembelih, maka sembelihlah ‎dengan cara yang baik, asah pisaunya dan ‎sembelihlan dengan cara yang menyenangkan ‎binatang yang disembelih.” (HR.Muslim)‎

‎4. Ikhbat (tunduk), ibadah yang sebenarnya ‎manakala dilakukan karena kesadaaran dan ‎dorongan hati, bukan formalitas dan rutinitas ‎belaka.‎

‎“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan ‎penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut ‎nama Allah terhadap binatang ternak yang telah ‎dirizqikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ‎ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah ‎dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar ‎gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh ‎‎(kepada Allah).”‎

Tunduk dan patuh baru akan tumbuh apabila ‎didasari pemahaman yang dalam dan keimaanan ‎yang kuat sebagaimana firman Allah:‎

‎“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, ‎meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak ‎dari Tuhan-mu, lalu mereka beriman dan tunduk ‎hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah ‎adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang ‎beriman kepada jalan yang lurus.” (al-Hajj 54).‎

‎5. Tawakkal, ibadah yang benar berdampak ‎terhadap kehidupan seseorang ketika ia sedang ‎menghadapi tantangan hidup, terutama tantangan ‎da’wah. Para Nabi ketika menghadapi ponolakan ‎da’wah kaum mereka, mereka menyerahkan semua ‎urusannya kepada Allah, sebagai contoh nabi Hud ‎‎‘alaihissalam.‎

‎“Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah ‎Tuhanku dan Tuhanmu. tidak ada suatu binatang ‎melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ‎ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas ‎jalan yang lurus.” (Hud :56).‎

Nabi Syu’ib ‘alaihissalam,‎

‎“Syu’aib berkata: “Hai kaumku, bagaimana ‎pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata ‎dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-‎Nya rezki yang baik (patutkah aku menyalahi ‎perintah-Nya)? dan aku tidak berkehendak ‎menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang ‎aku larang. aku tidak bermaksud kecuali ‎‎(mendatangkan) perbaikan selama aku masih ‎berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku ‎melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya ‎kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-‎Nya-lah aku kembali.” (Hud: 88).‎

Dan nabi Muhammad saw.‎

‎“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka ‎katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada ‎Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku ‎bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‎‎‘Arsy yang agung.” (at-Taubah:129).‎

‎6. Mahabbah (rasa cinta). Seorang mu’min ‎dengan beribadah dapat merasakan cinta kepada ‎Allah dan Allah mencintainya.‎

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَالَ ‏مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي ‏بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ ‏حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ ‏الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ ‏وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي ‏عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ‎ ‎


Dari Abu Hurairah ra. berata, bersabda Rasulullah ‎saw. “Sesungguhnya Allah berfirman: “Barang ‎siapa yang memusuhi wali (kekasih)-Ku ,maka Aku ‎telah mengumumkan perang padanya, dan tidaklah ‎hamba-Ku melakukan pendekatan diri kepada-Ku ‎dengan sesuatu yang paling Aku cintai selain ‎melakukan apa yang telah Aku wajibkan padanya, ‎dan hamba-Ku terus-menerus melakukan ‎pendekatan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah ‎sunnah, sehingga Aku mencintainya, dan apabila ‎Aku telah mencintainya maka Aku menjadi ‎pendengarannya yang dengannya ia mendengar, ‎menjadi penglihatannya yang dengannya ia melihat, ‎dan menjadi tangan dan kakinya yang dengannya ia ‎bertindak. Jika ia meminta sesuatu kepada-Ku, pasti ‎Aku kabulkan permintaanya dan jika ia memohon ‎perlindungan, pasti Aku lindungi dia. Tidak ada ‎sesuatu yang Aku gamang melalukannya selain ‎mencabut nyawa seorang muslim sedangakan ia ‎tidak menyukainya.” (HR.Bukhari).‎

‎7. Roja (mengharap rahmat Allah). Seorang ‎mukmin dalam beramal hanya mengharapkan ‎rahmat Allah,‎

‎“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-‎orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, ‎mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah ‎Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”‎

‎8. Taubat. kata-kata yang paling sering ‎diungkapkan oleh orang yang beriman terutama ‎yang aktif berda’wah di jalan Allah adalah ‎memohon ampunan dari dosa dan kesalahan.‎
‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏‏ ‏


‎“Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Ya ‎Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan ‎tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan ‎dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian ‎kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang ‎kafir.” (al-Ali ‘Imran:147).‎

‎9. Berdoa. Orang yang beriman ketika beribadah, ‎selalu meminta kepada Allah, tidak meminta ‎kepada selain-Nya,‎

‎“Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya ‎kepada ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila ‎diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera ‎bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, ‎dan lagi pula mereka tidaklah sombong.‎

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan ‎mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan ‎penuh rasa takut dan harap, serta mereka ‎menafkahkan apa-apa rezki yang Kami berikan.” ‎‎(as-Sajdah:15-16).‎

‎10.Khusyu’. Orang yang beriman ketika disebut ‎nama Allah hatinya tunduk dan khusyu’ kepada ‎Allah.‎

Katakanlah: “Berimanlah kamu kepadanya atau ‎tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). ‎Sesungguhnya orang-orang yang diberi ‎pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran ‎dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur ‎atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka ‎berkata: “Maha suci Tuhan kami, sesungguhnya ‎janji Tuhan kami pasti dipenuhi. Dan mereka ‎menyungkur atas muka mereka sambil menangis ‎dan mereka bertambah khusyu’.” (al-isra:107-109).‎

Imam Hasan Al-Banna di dalam prinsip-prinsip ‎sepuluh menuliskan:‎

وللإيمان الصادق والعبادة الصحيحة والمجاهدة نور وحلاوة ‏يقذفهما الله في قلب‎ ‎من يشاء من عباده‎ ‎

‎“Iman yang sejati, ibadah yang sahih dan ‎mujahadah dalam beribadah dapat memancarkan ‎cahaya dan menghasilkan manisnya beribadah yang ‎dicurahkan oleh Allah ke dalam hati hamba-Nya ‎yang dikehendaki-Nya.” (prinsip ke 3)‎

Semua uraian di atas adalah kriteria taqwa, ‎sebagaimana dijelaskan di dalam banyak ayat ‎bahwa tujuan dari ibadah adalah untuk membentuk ‎manusia bertaqwa.‎

‎“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah ‎menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, ‎agar kamu bertakwa.” (al-Baqarah: 21)‎

Taqwa kepada Allah akan membuka kemudahan-‎kemudahan dalam segala urusan, memberi ‎keberhasilan dan keberuntungan di dunia dan di ‎akhirat.‎

‎“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, ‎niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan ‎dalam urusannya.” (at-Thalaq 4)‎

Tidak ada komentar: