CARI

HOME

Sabtu, 11 Desember 2010

Puasa 'asyura Bulan Muharram

‎ Karakteristik dan Keutamaan Bulan Muharram ‎Sakral


Tepat pada tanggal 7 Desember, 2010 yang lalu, menjadi awal tahun ‎Hijriyah. Penetapan penanggalan hijriyah tidak pelas dari Umar Ibn al-‎Khattab ra sang perintis tahun hijriyah. Semua tahu, bahwa Hijriyah identik ‎dengan kalender islam, dan Masehi identik dengan penanggalan barat ‎‎(nasrani). Terlepasa dari identitas masing-masing, ternyata jumlah bulan ‎yang ada tidak berbeda. Al-Qur’an sebagai kitab suci sacral ‎menginformasikan bahwa jumlah bulan di sisi-Nya itu 12 bulan sejak ‎diciptakan langit dan bumi.‎
Nabi Saw, manusia paling hebat, yang diyakini sebagai utusan-Nya, juga ‎menyampaikan, bahwa bulan dalam islam itu ada 12. Selanjutnya, masing-‎masing bulan itu memiliki karakteristik (keutamaan). Oleha karena itu, ‎tidak sedikit dari masyarakat Jawa, Arab, Indonesia pada umumnya ‎meyakini bulan-bulan tertentu sebagai bulan istimewa dan membawa ‎berkah (hoki). Dan, tidak sedikit juga bahwa bulan-bulan tertentu itu ‎kurang bagus, alias tidak membawa hoki (keberuntungan).‎
Terkait dengan pernyataan tuhan, bahwa jumlah bulan itu dua belas, Allah ‎Swt berfirman:’’‎
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ ‏‏(سورة التوبة6): 36 )‏
Artinya:’’ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas ‎bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. ‎‎(Q.S at-Taubat (9: 36).‎
Nabi Saw juga ikut serta menjelaskan perihal bulan-bulan tertentu, beliau ‎Saw juga menilai, di antara dua belas bulan itu, terdapat bulan-bulan sacral ‎‎(suci). Dan, bulan Muharram (al-Muharram) termasuk bulan istimewa. ‎Seorang ulama’ besar yang bernama Ibnu Rajab al-Hambali menulis ‎sebuah karya ilmiyah yang diberinya judul ‘’Latoifu a-Maarif’’. Beliau ‎mengklasifikasikan bahwa fadilah dan keutamaan bulan ‘’al-Muharram” ‎menjadi beberapa kelompok:‎
a) Berpuasa dan Sholat Malam. Bulan Muharram adalah bulan suci ‎‎(sacral). Nabi Saw menyebutnya dengan Sahrullah (Bulan Allah). ‎Menurut beberapa literatur sejarah, pada bulan ini Nabi Saw ‎mengawali sebuah pejalanan panjang (Hijrah), dari Makkah menuju ‎Madinah. Peristiwa ini disebut dengan Hijrah, yang kemudian ‎ditetapkan sebagai penanggalan islam oleh Umar Ibn al-Khattab. ‎Pendapat ini masih menjadi polemik, karena ada sebuah teks yang ‎menjelaskan bahwa Nabi Saw ber-hijrah pada bulan Rabiul Awwal. ‎Terlepas dari polemik di atas, beribadah pada bulan ini, seperti; puasa ‎sunnah, bersedekah, sangat besar pahalanya, hampir setara dengan ‎puasa Romadhan. Di dalam sebuah hadis yang di riwayatkan Imam al-‎Hakim di dalam kitab ‘’al-Mustadrok’’-nya, Nabi Saw menuturkan:‎
عن أبي هريرة ، يرفعه إلى النبي صلى الله عليه وسلم أنه سئل : أي الصلاة أفضل ‏بعد المكتوبة ؟ وأي الصيام أفضل بعد شهر رمضان ؟ فقال : « أفضل الصلاة بعد ‏المكتوبة الصلاة في جوف الليل ، وأفضل الصيام بعد شهر رمضان شهر الله المحرم ‏‏» « هذا حديث صحيح على شرط الشيخين ، ولم يخرجاه »‏
Artinya:’ Di riwayatkan dari Abu Hurairah r.a, di angkat dari Nabi, beliau ‎Saw pernah ditanya:’’ sholat apakah yang paling utama setelah sholat lima ‎waktu? dan puasa apakah yang paling utama setelah puasa bulan suci ‎Ramadhan? Nabi Saw menjawab:’’ sebaik-baik sholat setelah sholat lima ‎waktu ialah sholat ditenggah malam (tahajud), dan sebaik-baik puasa ‎setelah bulan suci ramadhan ialah bulan muharram’’‎
Tidak berlebihan jika para ulama’ memberikan apresiasi luar biasa terhadap ‎bulan Muharram, bahkan mereka berlomba-lomba meningkatkan kualitas ‎ibadah, seperti puasa sunnah, sedekah, sholat malam. Dengan harapan, ‎mereka benar-benar memperoleh berkah (kebaikan) yang sangat melimpah ‎pada bulan ini. Kemulyaan bulan ini membuat Nabi Saw menggugah ‎dirinya dengan menyebut ‘’ Sahru Allah’’ yang berarti bulan Allah. Di ‎dalam literatur Arab, jika sebuah nama disandarkan pada nama Allah (al-‎Jalalah), yang demikian akan memiliki keistimewaan yang sangat luar ‎biasa. Seperti, Rumah Allah (Baitullah) Tamu Allah (Wafudllah), bulan ‎Allah (Sahrullah Muharram).‎
Secara umum, anjuran berpuasa dan sholat malam pada bulan Muharram ‎bersifat umum. Berarti, keistimewaan bulan Muharram itu sejak awal bulan ‎hingga ahir bulan. Jika uamat islam mau dan mampu memanfaatkan bulan ‎ini dengan sebaik-baiknya, maka ia termasuk orang yang beruntung. ‎Sebaliknya, jika tidak bisa memanfaatkan fadilah bulan Muharram dengan ‎sebaik-baiknya, termasuk orang yang merugi. Al-Qur’an Q.S al-Ashr ‎menjelaskan: Demi masa, sesungguhnya manusia itu tergolong orang ‎sangat merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholih, dan ‎saling menasehati pada kebaikan dan kesabaran’’.‎
‎ Sebab, belum tentu manusia itu bisa melewati bulan Muharam berikutnya, ‎karena manusia tidak tahu kapan ajal menjemputnya.‎
‎ b. Puasa Asura’ dan al-Tasuah (sembilan). Asura’ berasal dari bahasa ‎Arab yang berarti ‘’hari ke-sepuluh’’ bulan Muharram. Para Nabi dan ‎utusan-Nya, senantiasa membiasakan puasa pada tanggal 10-Assura’, ‎seperti Nabi Nuh a.s, Musa a.s,. Nabi Saw pernah menuturkan:’’Hari al-‎Syura’ yaitu hari dimana para Nabi melakukan puasa, maka berpuasalah ‎hari itu, dan juga kalian semua.‎
‎ Nabi Saw ternyata telah membiasakan puasa Asura sejak di Makkah, ‎hanya saja beliau tidak pernah memerintah atau mengajak pengikutnya ‎berpuasa. Begitu juga penduduk Qurais di Makkah sebelum Islam. ‎Ketika Nabi Hijrah Ke Madinah, Nabi mengajak pengikiutnya untuk ‎berpuasa. Sedangkan, ketika ada perintah kewajiban puasa Ramadhan, ‎Nabi tidak lagi melakukan puasa al-Syura’.‎
Beliau mengatakan:’’ barang siapa yang ingin berpuasa, silahkan dan ‎barang siapa yang ingin berhenti, silahkan. Puasa pada hari al-Syura’ ‎pahalanya sama deangan menghapus dosa-dosa setahun yang telah berlalu. ‎Pada hakekatnya, Nabi ber-azam (niat) berpuasa dua hari, yaitu hari ‎kesepuluh (al-Syura’) dan kesembilan (al-Tasua). Akan tetapi, belum ‎sempat melakukan, beliau sudah wafat. Menurut Imam al-Nawawi, Imam ‎al-Syafii, Ahmad, Ishak, disunnahkan berpuasa pada tanggal Sembilan dan ‎sepuluh, sebagaimana keterangan hadis di atas. Pada tanggal sepuluh, ‎berarti sunnah fi’liyah, dan pada tanggal Sembilan termasuk sunnah ‎kauliyah (niat).‎
c. Hikmah Sepuluh al-Syura’. Sepuluh al-Syura’ memiliki seribu satu ‎kisah yang menarik, seperti diturunkanya Adam dari langit, serta ‎taubatnya (kembalinya) Nabi Adam a.s. Umar bin Abd.Aziz pernah ‎memberikan wejangan kepada masyarakatnya agar senantiasa berdo’a ‎kepada Allah SWT, seperti do’anya Nabi Adam (Q.S al-A’rof, 23), juga ‎do’anya Nabi Nuh, (Q.S Hud, 48), do’a Nabi Musa (Q.S al-Qosos, 16), ‎do’a Dzun al-Nuun (Q.S al-Anbiya’, 87). Di dalam sebuah Riwayat, ‎Nabi Adam a.s ketika diturunkan dari surga, menangis dan bertaubat ‎sekitar 300 tahun lamanya. Konon, tangisan itu mampu menembus ‎lagit, sehingga malaikatpun turut menangis. Air mata Adam mampu ‎menjadikan bumi subur, dan tumbuh-lah rerumputan dan tumbuh-‎tumbuhan lainnya. Allouh Akbar !!!‎
Di belahan dunia islam, khususnya Indonesia. Masyarakat muslim, serta ‎lembaga pendidikan islam menyambut satu muharram dengan beragam ‎kegiatan, seperti: jalan sehat, lomba tartil al-Qur’an, Dzikir bersama ‎‎(berjama’ah), renungan tahun baru. Tradisi ini merupkan sunnah hasanah ‎‎(cara yang bagus). Sehingga, pada tahun-tahun berikutnya, cara yang ‎demikian dapat di lestarikan dan menjadi amal sholih bagi para perintisnya.‎
Di sisi lain, merayakan 1 Muharram dengan beragam kegiatan positif ‎diharapkan menjadi budaya tandingan bagi mereka yang merayakan tahun ‎baru masehi dengan hedonis dengan menghabur-hamburkan materi ‎‎(mubaddir). Alangkah baiknya, jika menyonsong tahun baru hijiriyah ‎digunakan do’a bersama untuk memohon kepada-Nya, agar bangsa ‎Indonesia diberikan kekuatan, kesabaran di dalam menghadapi ujian-ujian ‎yang bertubi-tubi. Dan, menjadikan bulan Muharram juga menjadi ‎kesempatan untuk ikut serta memberikan sebagian dari rejeki untuk ‎saudara-saudara sebangsa dan setanah Air yang sedang tertimpa musibah ‎dan bencana.‎