Kamis, 01 November 2012
Silabus Poltekes
SILABUS AGAMA
1. IDENTIFIKASI MATA KULIAH
NAMA INSTITUSI : POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN / PRODI : PRODI KEPERAWATAN KOTABUMI
NAMA MATA KULIAH : AGAMA
KODE MATA KULIAH : WAT 101
BEBAN STUDI : 2 SKS ( T = 1, P = 1)
PENEMPATAN : TINGKAT I/ Semester II
JUMLAH MINGGU / PERTEMUAN : 16 MINGGU
KOORDINATOR MATA KULIAH : LISA SUARNI, S.Kp.,M.Kep,Sp.Mat
DOSEN PENGAMPU : 1. Drs. Hi. M. Munzir, MHI
2. Drs. Kausar, MPDI
2. DESKRIPSI MATA KULIAH : Mata Kuliah ini membahas tentang kaidah – kaidah
dalam agama dan manfaatnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berazaskan pancasila. Penerapan ajaran – ajaran agama dalam profesi keperawatan terutama dalam hubungannya dengan etika beragama serta menerapkannya dalam tugas sebagai perawat. Proses pembelajaran mata kuliah ini melalui kegiatan belajar ceramah, diskusi, penugasan & praktek.
3. STANDAR KOMPETENSI : Kompetensi 1 : menerapkan konsep, prinsip etika
Keperawatan dan komunikasi dalam praktik keperawatan professional.
Kompetensi 13 : melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien terminal
4. KOMPETENSI DASAR : Mahasiswa mampu :
1. Memahami macam – macam agama di Indonesia
2. Memahami arti agama dalam kehidupan sehari – hari
3. Mempraktekkan etika, kaidah – kaidah agama yang berhubungan dengan kesehatan
4. Mengintegrasikan kaidah – kaidah agama terhadap tugas dan peran manusia
5. Memahami pembentukan akhlaq berdasarkan agama
6. Memahami etika menurut agama / akhlaq
7. Memahami hubungan agama dan kesehatan
8. Memperhatikan nilai, norma, budaya dan agama dalam praktek keperawatan profesional
5. EVALUASI : UTS 40 %, UAS 40 %, TUGAS 15 %, ABSENSI 5 %
6. SUMBER KEPUSTAKAAN :
1. Departemen Agama Republik Indonesia , “Al Quran dan Terjemahannya”, Jakarta : 1984
2. 2. Prof. DR.H. Harun Nasution, “Islam (Ditinjau dari beberapa aspek)”, UI Press, Jakarta : 1988
3. 3. Prof. DR.H. Harun Nasution, “Akal dan Wahyu dalam Islam”, UI Press, Jakarta : 1988
4. 4. Prof. DR.H. Harun Nasution, “Filsafat Agama”, Bulan Bintang, Jakarta : 1973
5. 5. Al – Ghazali, “Aqidah Muslim”, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1986
6. 6. Al – Ghazali, “Al-Asma’ Al-Husna (Rahasia nama – nama Indah Alloh)”, Mizan, Bandung : 1994
7. 7. DR. Dahler Franz, “Masalah Agama”, Kanisius, Yogyakarta : 1992
8. 8. Drs. Asror Mustaghfir, “123 Hadits Pembina Iman dan Akhlaq”, Wicaksana, Semarang : 1981
9. 9. H.S.A. Alhamdani,” Risalah Nikah (Hukum Perkawinan Islam)”, Pustaka Amani, Jakarta : 1989
10. 10.Sabiq Sayyid, “ Fiqh Sunnah”, Al-Ma’arif, Bandung : 1996
11. 11.H. Sulaiman Rasyid, “Fiqh Islam”
12. 12. Drs. H. A. Djazuli, “ Ilmu Fiqh (Sebuah pengantar)”, IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung : 1991
13. 13. Prof. DR. Hj. Zakiah Darajat, “Akhlaq”
14. 14. Drs. Mohammad Anwar, “ Alam Kubur dan alam Barzakh”, S.A.Alaydru, Jakarta : 1988
15. 15. Drs. Miftah Faridl, “ Pokok – pokok ajaran Islam”, Pustaka, Bandung : 1991
16. 16. Drs. H. Abu Ahmadi & Drs. Noor Salimi, “ Dasar – dasar Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi”
17. 17. Drs. KH.A. Dimyathi Badruzzaman, M.Ag., “ Panduan Kuliah Agama Islam di Perguruan Tinggi “, APP, Jakarta : 2000
7. MATRIK, JADUAL KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
No PERTEMUAN KE HARI / TGL WAKTU (MENIT) MATERI POKOK METODE BELAJAR DOSEN
1 I Penjelasan Silabus
Agama di Indonesia
a. Pengertian agama secara umum dan khusus
b. Sejarah agama di dunia dan Indonesia C,TJ MZ
2 II c. Kedudukan dan fungsi agama
d. Motivasi dan tujuan beragama C,TJ MZ
3 III e. Kaidah dan etika agama yang berhubungan dengan kesehatan
f. Nilai, norma, budaya dan agama dalam praktek keperawatan profesional C,TJ MZ
4 IV Agama Islam
a. Pengertian Agama Islam
b. Sejarah perkembangan Agama Islam
c. Pembawa Nabi / Rasul C,TJ MZ
5 V d. Keyakinan / Aqidah / Ibadah
e. Sumber – Sumber hukumnya
f. Akhlaq dan Muamalah, Kaidah dan Etika C,TJ,P MZ
6 VI Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan :
a. Fungsi Agama
b. Hikmah beragama
c. Sikap hidup beragama C,TJ MZ
7 VII d. Agama dalam kehidupan
e. Toleransi beragama C,TJ,P MZ
8 VIII Etika dan kaidah beragama dengan kesehatan :
a. Etika Beragama dalam kehidupan sehari – hari
b. Aqidah / keyakikan Agama dengan kesehatan
c. Etika Agama dalam kesehatan C,TJ,P MZ
9 IX Aqidah / keyakinan agama terhadap manusia :
a. Pengertian manusia
b. Komponen penting dalam diri manusia
c. Tugas manusia dengan agama
d. Proses Kejadian Manusia Menurut Agama C,TJ,P KS
10 X Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan agama :
a. Pengertian keluarga
b. Hak dan kewajiban suami istri
c. Pembinaan keluarga C,TJ KS
11 XI d. Anak yang diinginkan agama dan orang tua
e. Tanggungjawab orang tua terhadap anak
f. Kenakalan remaja C,TJ,P KS
12 XII Tanggung jawab anak terhadap orang tua C,TJ,P KS
13 XIII Manusia dalam kesehatan :
a. Manusia dan akhlaq
b. Kewajiban merawat pasien C,TJ,P KS
14 XIV c. Pendampingan / bimbingan pasien
d. Perawatan jenazah dan pemakaman C,TJ,P KS
15 XV Pandangan Agama terhadap kesehatan :
a. Kesehatan keluarga berencana
b. Cloning dan bayi tabung
c. Transfusi darah, transplantasi organ tubuh manusia C,TJ, KS
16 XVI d. Haid, nifas, dan menyusui / pemberian asi
e. Kesehatan lingkungan dan kebersihan C,TJ, KS
MENGETAHUI
PRODI. KEPERAWATAN KOTABUMI
Ketua,
LISA SUARNI, SK.p.,M.Kep,Sp.Mat
NIP. 197108101994032002 Kotabumi, 23 September 2011
Asisten Dosen Mata Kuliah,
Drs.H.M.Munzir, MHI
Silabus Poltekes
SILABUS AGAMA
1. IDENTIFIKASI MATA KULIAH
NAMA INSTITUSI : POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN / PRODI : PRODI KEPERAWATAN KOTABUMI
NAMA MATA KULIAH : AGAMA
KODE MATA KULIAH : WAT 101
BEBAN STUDI : 2 SKS ( T = 1, P = 1)
PENEMPATAN : TINGKAT I/ Semester II
JUMLAH MINGGU / PERTEMUAN : 16 MINGGU
KOORDINATOR MATA KULIAH : LISA SUARNI, S.Kp.,M.Kep,Sp.Mat
DOSEN PENGAMPU : 1. Drs. Hi. M. Munzir, MHI
2. Drs. Kausar, MPDI
2. DESKRIPSI MATA KULIAH : Mata Kuliah ini membahas tentang kaidah – kaidah
dalam agama dan manfaatnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berazaskan pancasila. Penerapan ajaran – ajaran agama dalam profesi keperawatan terutama dalam hubungannya dengan etika beragama serta menerapkannya dalam tugas sebagai perawat. Proses pembelajaran mata kuliah ini melalui kegiatan belajar ceramah, diskusi, penugasan & praktek.
3. STANDAR KOMPETENSI : Kompetensi 1 : menerapkan konsep, prinsip etika
Keperawatan dan komunikasi dalam praktik keperawatan professional.
Kompetensi 13 : melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien terminal
4. KOMPETENSI DASAR : Mahasiswa mampu :
1. Memahami macam – macam agama di Indonesia
2. Memahami arti agama dalam kehidupan sehari – hari
3. Mempraktekkan etika, kaidah – kaidah agama yang berhubungan dengan kesehatan
4. Mengintegrasikan kaidah – kaidah agama terhadap tugas dan peran manusia
5. Memahami pembentukan akhlaq berdasarkan agama
6. Memahami etika menurut agama / akhlaq
7. Memahami hubungan agama dan kesehatan
8. Memperhatikan nilai, norma, budaya dan agama dalam praktek keperawatan profesional
5. EVALUASI : UTS 40 %, UAS 40 %, TUGAS 15 %, ABSENSI 5 %
6. SUMBER KEPUSTAKAAN :
1. Departemen Agama Republik Indonesia , “Al Quran dan Terjemahannya”, Jakarta : 1984
2. 2. Prof. DR.H. Harun Nasution, “Islam (Ditinjau dari beberapa aspek)”, UI Press, Jakarta : 1988
3. 3. Prof. DR.H. Harun Nasution, “Akal dan Wahyu dalam Islam”, UI Press, Jakarta : 1988
4. 4. Prof. DR.H. Harun Nasution, “Filsafat Agama”, Bulan Bintang, Jakarta : 1973
5. 5. Al – Ghazali, “Aqidah Muslim”, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1986
6. 6. Al – Ghazali, “Al-Asma’ Al-Husna (Rahasia nama – nama Indah Alloh)”, Mizan, Bandung : 1994
7. 7. DR. Dahler Franz, “Masalah Agama”, Kanisius, Yogyakarta : 1992
8. 8. Drs. Asror Mustaghfir, “123 Hadits Pembina Iman dan Akhlaq”, Wicaksana, Semarang : 1981
9. 9. H.S.A. Alhamdani,” Risalah Nikah (Hukum Perkawinan Islam)”, Pustaka Amani, Jakarta : 1989
10. 10.Sabiq Sayyid, “ Fiqh Sunnah”, Al-Ma’arif, Bandung : 1996
11. 11.H. Sulaiman Rasyid, “Fiqh Islam”
12. 12. Drs. H. A. Djazuli, “ Ilmu Fiqh (Sebuah pengantar)”, IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung : 1991
13. 13. Prof. DR. Hj. Zakiah Darajat, “Akhlaq”
14. 14. Drs. Mohammad Anwar, “ Alam Kubur dan alam Barzakh”, S.A.Alaydru, Jakarta : 1988
15. 15. Drs. Miftah Faridl, “ Pokok – pokok ajaran Islam”, Pustaka, Bandung : 1991
16. 16. Drs. H. Abu Ahmadi & Drs. Noor Salimi, “ Dasar – dasar Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi”
17. 17. Drs. KH.A. Dimyathi Badruzzaman, M.Ag., “ Panduan Kuliah Agama Islam di Perguruan Tinggi “, APP, Jakarta : 2000
7. MATRIK, JADUAL KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
No PERTEMUAN KE HARI / TGL WAKTU (MENIT) MATERI POKOK METODE BELAJAR DOSEN
1 I Penjelasan Silabus
Agama di Indonesia
a. Pengertian agama secara umum dan khusus
b. Sejarah agama di dunia dan Indonesia C,TJ MZ
2 II c. Kedudukan dan fungsi agama
d. Motivasi dan tujuan beragama C,TJ MZ
3 III e. Kaidah dan etika agama yang berhubungan dengan kesehatan
f. Nilai, norma, budaya dan agama dalam praktek keperawatan profesional C,TJ MZ
4 IV Agama Islam
a. Pengertian Agama Islam
b. Sejarah perkembangan Agama Islam
c. Pembawa Nabi / Rasul C,TJ MZ
5 V d. Keyakinan / Aqidah / Ibadah
e. Sumber – Sumber hukumnya
f. Akhlaq dan Muamalah, Kaidah dan Etika C,TJ,P MZ
6 VI Peran dan Fungsi Agama dalam kehidupan :
a. Fungsi Agama
b. Hikmah beragama
c. Sikap hidup beragama C,TJ MZ
7 VII d. Agama dalam kehidupan
e. Toleransi beragama C,TJ,P MZ
8 VIII Etika dan kaidah beragama dengan kesehatan :
a. Etika Beragama dalam kehidupan sehari – hari
b. Aqidah / keyakikan Agama dengan kesehatan
c. Etika Agama dalam kesehatan C,TJ,P MZ
9 IX Aqidah / keyakinan agama terhadap manusia :
a. Pengertian manusia
b. Komponen penting dalam diri manusia
c. Tugas manusia dengan agama
d. Proses Kejadian Manusia Menurut Agama C,TJ,P KS
10 X Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan agama :
a. Pengertian keluarga
b. Hak dan kewajiban suami istri
c. Pembinaan keluarga C,TJ KS
11 XI d. Anak yang diinginkan agama dan orang tua
e. Tanggungjawab orang tua terhadap anak
f. Kenakalan remaja C,TJ,P KS
12 XII Tanggung jawab anak terhadap orang tua C,TJ,P KS
13 XIII Manusia dalam kesehatan :
a. Manusia dan akhlaq
b. Kewajiban merawat pasien C,TJ,P KS
14 XIV c. Pendampingan / bimbingan pasien
d. Perawatan jenazah dan pemakaman C,TJ,P KS
15 XV Pandangan Agama terhadap kesehatan :
a. Kesehatan keluarga berencana
b. Cloning dan bayi tabung
c. Transfusi darah, transplantasi organ tubuh manusia C,TJ, KS
16 XVI d. Haid, nifas, dan menyusui / pemberian asi
e. Kesehatan lingkungan dan kebersihan C,TJ, KS
MENGETAHUI
PRODI. KEPERAWATAN KOTABUMI
Ketua,
LISA SUARNI, SK.p.,M.Kep,Sp.Mat
NIP. 197108101994032002 Kotabumi, 23 September 2011
Asisten Dosen Mata Kuliah,
Drs.H.M.Munzir, MHI
Rabu, 17 Oktober 2012
Senin, 17 September 2012
ceramah haji
Keutamaan
Menunaikan Ibadah Haji
Oleh: M.Munzir, M.H.I
اَلْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ
الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي حَبَانَا بِالْإِيْمَانِ
واليقينِ، وقال للنبي: (وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ).
Para Alim Ulama, para Asâtidz, para Hujjâj, para Ibu-ibu,
Bapak-bapak dan hadirin sekalian….
Pada kesempatan yang sangat berbahagia ini, di malam yang
cukup cerah ini, yang pertama dan utama tentunya, marilah kita panjatkan puja
dan puji syukur kita kepada Allah SWT, yang mana berkat nikmat dan karunia-Nya
jualah, kita semua yang ada di sini dapat berkumpul, bertatap muka dan
bermuwajahah di tempat yang sangat mulia ini. Shalawat dan salam, marilah kita
sanjungkan keharibaan junjungan besar kita, nabi agung, nabi mulia, nabi akhir
zaman, sayyidul anbiya’i wal mursalin, nabi Muhammad SAW.
Sudara-sudara kaum muslimin rahimakumullah…
Ketika saya mendengar Bang Asmunif mao menunaikan ibadah
haji, hati saya seneng dan bersyukur. Alhamdulillah, dari gang sengon masih ada
yang berangkat haji taon ini. Kita harus bangga dan bersyukur dengan
keberangkatan saudara-saudara kita ke Tanah Suci. Kenapa? Karena mereka adalah
para Dhuyuufurrahman Al-Mubaarakuun (para tamu Allah yang diberkati). Barang
siapa yang memulikan tamu Allah, maka ia akan dimuliakan oleh Allah SWT pada
hari kiamat.
من أكرم ضيوف الرحمن أكرمه الله
يوم القيامة
Paling engga kan, sebagai tetangga, kita punya kesempatan
untuk minum air zam-zam, betul ga ibu-ibu? Hehehe
Kalu kita perhatikan, di gang sengon ini, di antara keluarga
yang suka memberangkatkan haji anggota keluarganya, walau masih muda, atau
dengan kata lain keluarga yang mengutamakan ibadah, khususnya haji ini, adalah
keluarga atau sanak family Bapak RT kita yaitu Bpk. H. Mansur. Ini adalah
budaya positif yang harus kita lestarikan. Jadi jangan takut untuk berangkat
haji. Ah gua mah masih muda. Ah gua mah nanti aja. Ah.. sekarang mah masih
repot. Ah.. ntar aja kalu udah tua. Deengan berbagai alasan. Padahal Rasulullah
SAW bersabda:
مَنْ أَرَادَ الْحَجَّ فَلْيَتَعَجَّلْ
فَإِنَّهُ قَدْ يَمْرَضُ الْمَرِيضُ وَتَضِلُّ الضَّالَّةُ وَتَعْرِضُ الْحَاجَةُ
“Barangsiapa yang ingin berhaji, maka bersegeralah, karena
bisa saja dia sakit, usahanya bangkrut, atau ada keperluan lain.”
Bahkan Allah SWT berfirman:
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ
الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ
غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ.
“Manusia mempunyai kewajiban kepada Allah untuk berhaji,
yaitu (bagi) orang-orang yang mampu dalam mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
ingkar terhadap kewajiban tersebut, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya. Dia
tidak butuh kepada seluruh makhluk-Nya.”
Jadi, haji itu adalah kewajiban setiap muslim, sebagai rukun
Islam yang terakhir. Ibadah penyempurna. Maka belum sempurna Islam seseorang
kalau dia belum haji. Bahkan Rasulullah mengancam, bagi orang Islam yang mampu,
uangnya cukup, badannya sehat, ada kesempatan, tapi tidak mau berhaji hingga
ajal datang menjemput, maka kata Rasulullah SAW, silahkan dia mati dalam
keadaan Yahudi atau Kristen. Rasulullah SAW bersabda:
(من مات
ولم يحج فليمت إن شاء يهوديا وإن شاء نصرانيا) [1]
“Barangsiapa yang mati dan belum sempat berhaji sedangkan
dia mampu, maka hendaklah dia mati dalam keadaan memeluk agama Yahudi atau
Nasrani.”
Oleh karena itu, ibadah haji jangan sampai ditunda-tunda.
Kapan dia mampu dan ada kesempatan, maka sigrah kata orang betawi atau harus
disegerakan. Jangan ditunda-tunda.
Mampu dalam ayat tadi adalah mampu secara material dan
spiritual. Yaitu memiliki perbekalan yang cukup selama menunaikan ibadah haji.
Cukup untuk dirinya, cukup untuk keluarganya dan cukup untuk orang-orang yang
berada dalam tanggung jawabnya. Duit di kamar, jangan dibawa ke saudi semua
Bang Munif. Sisain sedikit. Dulu ada cerita, gara-gara dia ngebela-belain naek
haji, keluarganya di rumah sampe ga makan, bahkan sampe jual rumah. Haji
seperti ini, kalu di cina disebut dengan haji littang coi, haji kelilit utang
coi... Atau haji jiyang paksin, haji yang dipaksain. Kalu di kita barangkali
dikenal dengan haji Anas, alias haji atas biaya dinas. Atau haji Suran, haji
karena gusuran.
Barangkali, haji littangcoi ini karena berpedoman ama
pepatah yang namanya “BTN” (biar tekor asal nyohor). Berkaitan dengan jenis
haji seperti ini, Allah SWT telah berfirman di dalam hadis Quds: Bahwa di
akhirat nanti di saat orang-orang berkumpul seluruhnya di padang mahsyar. Pada
saat penghisaban, ada tiga orang yang ditanya bergiliran oleh Allah SWT, dan
ini disaksikan oleh seluruh umat manusia dari sejak zaman nabi Adam sampai kita
umat akhir zaman: Yang pertama, adalah orang kaya, pejabat, orang alim. Ketika
ditanya, “Dulu sewaktu di dunia kamu rajin bersedekah, memberi makan fakir dan
miskin, untuk apakah itu engkau lakukan? Orang itu menjawab, itu aku lakukan
untuk mendekatkan diri kepada-Mu ya Allah. Lalu Allah membantah, kadzdzabta
(kamu dusta), itu semua engkau lakukan karena engkau ingin disebut sebagai
seorang yang dermawan. Giliran si pejabat ditanya, “Dulu sewaktu di dunia
ketika engkau memangku jabatan di tengah masyarakat, engkau ramah kepada
tetangga, suka meringankan urusan tetangga, untuk apakah itu engkau kerjakan?
Orang itu menjawab, “Itu aku lakukan hanya karena-Mu ya Allah. Lantas Allah
berkata, kadzdzabta (kamu dusta). Itu engkau lakukan karena engkau ingin dipandang
sebagai pejabat yang baik, ingin disebut-sebut di tengah masyarakat. Tinggal
giliran orang alim. Ketika ditanya kenapa kamu ingin menjadi orang alim? Itu
aku lakukan karena aku ingin faham agama, ingin menyampaikannya kepada orang
lain. Allah berkata, kadzdzabta (kamu dusta). Itu engkau lakukan karena engkau
ingin dipandang sebagai orang alim, agar engkau dihormati dan disanjung orang
lain. Kamu bertiga, semuanya, neraka!
Jadi, amal ibadah kita akan sia-sia jika kita salah dalam
meniatkannya. Oleh karena itu, jangan sampai di hati kita tersirat niat dan
tujuan yang ga baik. Oleh karena itu wajar jika seorang ulama besar yang
bernama Ibnu Mubarak ketika dia berhaji dia bermimpi. Setelah menunaikan ibadah
haji, setelah thawaf Ifadhah Ibnu Mubarak kelelahan. Kisah ini bisa saudara
jumpai di dalam kitab Irsyâdul Ibâd dan kitab Ihyâ Ulumiddîn karya Imam Ghazali
yang terkenal.
Yang kedua, adalah kemampuan Spiritual, yaitu rohaninya.
Orang haji mesti sehat rohaninya. Mantapkan hati, tenangkan pikiran. Jangan
banyak pikiran. Apalagi kalu sampe mikirin, duh biaya ratiban darimana ya? Duh
buat orang rumah gimana yah? Duh amplov penceramah berapa yah? Terus terang,
saya mah jangan dikasih amplov.
Sudara-sudara kaum muslimin rahimakumullah…
Di antara keutamaan ibadah haji adalah:
Haji Mabrur balasannya surga
الحج المبرور ليس له جزاء الا
الجنة. رواه مسلم
“Haji yang mabrur, tidak ada balasan yang lain kecuali
surga.”
Oleh karena itu, ibadah haji dikatakan sebagai ibadah yang
paling afdhal, karena di dalamnya terdapat berbagai macam bentuk ibadah. yaitu
Ibadah Badaniah, Ibadah Nafsiyah dan Ibadah Maliyah.
Mendapatkan 70.000. kebaikan. Dihapuskan dari 70.000.
keburukan
قال علي كرم الله وجهه: من قدم
حاجاً متواضعاً، فدخل المسجد وطاف بالبيت وصلّى ركعتين كتب اللّه له سبعين ألف
حسنة، وحطّ عنه سبعين ألف سيئة، ورفع له سبعين ألف درجة، وحسب له عتق سبعين ألف
رقبة، قيمة كلّ رقبة عشرة آلاف درهم. (ثواب الأعمال 72: 12، الوسائل 11: 121،
أبواب وجوبه وشرائطه، الباب 43، ح6.)
Satu dirham dalam haji mabrur lebih utama dari seribu dirham
pada ibadah yang lain (bagi haji pertama). Imam Ja'far As-Shadiq berkata:
قال إمام جعفر الصادق: درهم في
الحجّ المبرور أفضل من ألفي درهم فيما سوى ذلك في سبيل اللّه (التهذيب 5: 22 ح62،
الوسائل 11: 114، أبواب وجوبه وشرائطه، الباب 42، ح 3 و6)
4. Bahkan keutamaan ibadah haji, jangankan dia thawaf, sai,
shalat sunnah, dia duduk saja memandangi Kabah sudah ada pahalanya, yaitu
mendapatkan 20 rahmat Allah SWT.
ينزل على هذا البيت في كل يوم
مائة وعشرون رحمة ستون للطائفين وأربعون للمصلين وعشرون للناظرين) من حديث ابن
عباس بإسناد حسن وقال أبو حاتم حديث منكر(
Satu rakaat shalat di masjidil haram sama dengan seratus
ribu rakaat di mesjid lain, kecuali mesjid Nabawi.
Doa dikabulkan.
الحجاج والعمار وفد الله عز وجل
وزواره إن سألوه أعطاهم وإن استغفروه غفر لهم وإن دعوا استجيب لهم وإن شفعوا شفعوا
[2]
CARA BERHAJI ADA 3:
Haji Tammatu' adalah berihram untuk umrah pada bulan-bulan
haji (Syawal, Dzul Qa'dah dan sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah), Kemudian
berihram untuk haji pada hari Tarwiyah (tgl 8 Dzul Hijjah).
Haji Qiran ialah, berihram untuk umrah dan haji sekaligus,
dan terus berihram (tidak Tahallul) kecuali pada hari nahr (tgl 10 Dzul
Hijjah).
Haji Ifrad ialah, berihram untuk haji sampai hari nahr (tgl
10 Dzul Hijjah).
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ
فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي
الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ
خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ (١٩٧)
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, Barangsiapa
yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh
rafats, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.
dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.
Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.”
Mencium hajar Aswad
[إني
لأعلم أنك حجر لا تضر ولا تنفع، ولولا أني رأيت النبي r يقبلك ما قبلتك].
“Sesungguhya aku tahu pasti bahwa engkau hanya sekedar batu
biasa yang tidak mendatangkan madharat dan manfaat. Seandainya saja aku tidak
melihat Nabi r menciummu tentu aku tak akan menciummu.”
Adapun bagi kita orang-orang yang tidak berhaji, ada
beberapa amalan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW, di antaranya adalah;
1. Berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah atau ketika seluruh
jamaah haji wukuf di padang Arafah. Nabi SAW bersabda:
صوم يوم عرفة يكفر سنتين، ماضية
ومستقبلة .(رواه أحمد ومسلم وأبو داود).
"Puasa di hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah)
menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan
datang." (HR. Muslim, Ahmad, dan Abu Daud).
2. Berkorban. Karena dia akan menjadi tunggangannya kelak di
akhirat.
وإنه ليؤتي يوم القيامة بقرونها
وأشعارها واظلافها وإن الدم ليقع من الله بمكان قبل ان يقع من الارض (رواه ابن
ماجة والترمذي والحاكم).
3. Haji dan Umroh Gratis.
مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي
جَمَاعَةٍ، ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ
صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ، تَامَّةٍ،
تَامَّةٍ، تَامَّةٍ.
“Barangsiapa yang shalat subuh berjama’ah, kemudian duduk
berzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu ia mengerjakan shalat
(dhuha) dua rakaat, maka baginya pahala seperti pahala haji dan umrah, dengan
sempurna, sempurna, sempurna (pahalanya).” [3]
(من صلى
أربعين صلاة في مسجدي هذا أربعين صلاة، لا تفوته صلاة كتبت له براءة من النار
وبراءة من النفاق، وأمن من عذاب القبر).
“Barangsiapa yang shalat empat puluh kali shalat fardhu di
masjidku berturut-turut tanpa terputus, maka Allah SWT akan membebaskanya dari
api neraka, membebaskannya dari sifat munafik, dan aman dari azab kubur.”
[1] حديث
من مات ولم يحج فليمت إن شاء يهوديا وإن شاء نصرانيا أخرجه ابن عدي من حديث أبي
هريرة والترمذي نحوه من حديث علي وقال غريب وفي إسناده مقال.
[2] حديث
الحجاج والعمار وفد الله وزواره الحديث أخرجه من حديث أبي هريرة دون قوله وزواره
ودون قوله إن سألوه أعطاهم وإن شفعوا شفعوا وله من حديث ابن عمر وسألوه فأعطاهم
ورواه ابن حبان.
3] Hadits Hasan riwayat Imam Tirmidzi, lihat Sunan
At-Tirmidzi, kitab shalat, bab Ma dzukira mimma yustahabbu minal julusi fil
masjidi ba'ada shalatis subhi hatta thulu'isy syamsi, 3/193-194 no. 583.
Nashiruddin Al-Alabani mencantumkan hadits ini dalam kitab Shahih al-Jami'us
shoghir, 5/313, no 6222 dari hadits Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu. Wallahu
a'lam bishshawab...
Selasa, 14 Agustus 2012
Matematika Puasa Ramadhan
MATEMATIKA PUASA RAMADHAN
Oleh : Drs.H.M.Munzir, MHI
Bulan Ramadhan merupakan bulan suci bagi umat Islam. Bulan Ramadhan merupakan penghulu bulan-bulan (sayyidu as-syuhur) dalam kalender Qamariah (Hijriyah). Pada bulan Ramadhan, al-Qur’an pertama kali diturunkan dan pada bulan ini juga umat Islam di seluruh dunia melaksanakan ibadah puasa. Ibadah puasa merupakan rukun Islam yang keempat, dan wajib dilakukan oleh orang mukmin sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 183: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Pada tulisan ini tidak akan dibicarakan mengenai definisi dan tata cara berpuasa, tetapi menjelaskan puasa berkaitan dengan matematika.
Kata “puasa” merupakan terjemahan dari kata “shaum“. Shaum merupakan bentuk tunggal (mufrad/single), yang bentuk jamaknya adalah Shiam. Jika mengkaji kitab suci al-Qur’an mengenai puasa ini, maka akan ditemui bahwa kata “shaum” disebutkan sebanyak 1 kali (yaitu pada QS 19:26),
فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا (٢٦)
Surat, Maryam 19
26. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".
sedangkan kata “shiam” disebutkan sebanyak 9 kali, (yaitu pada QS 2:183, 187 (2 kali), 196 (2 kali); QS 4:92; QS 5:89, 95; dan QS 58:4). Jika lebih dalam mengkaji makna “shaum”, akan ditemui bahwa “shaum” merupakan puasa khusus, yang dalam QS 19:26 merupakan puasa berbicara. Untuk ibadah puasa di bulan Ramadhan, al-Qur’an menggunakan kata “shiam” yang disebutkan sebanyak 9 kali. Mengapa 9 kali? Jawaban paling mudah untuk pertanyaan ini adalah karena bulan Ramadhan merupakan bulan ke-9 dalam kalender Qamariah (Hijriyah). Jadi, jumlah penyebutan kata “shiam” mengarah pada bulan diwajibkannya ibadah shiam tersebut. Apakah ini kebetulan? Ini bukanlah kebetulan, karena al-Qur’an bukanlah kitab kebetulan. Semua isi al-Qur’an adalah haqq dan mempunyai tujuan tertentu.
Pada sistem bilangan desimal, sebenarnya hanya terdapat sepuluh macam lambang bilangan, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Bilangan-bilangan tersebut akan membentuk siklus, yaitu setelah 9 akan kembali lagi ke 0. Jika hal ini dibuat analogi (untuk mengambil hikmah) berkaitkan dengan bulan Ramadhan yang merupakan bulan ke-9, akan didapatkan dua kesan.
Kesan pertama, 9 merupakan bilangan terbesar yang sesuai dengan posisi bulan Ramadhan sebagai penghulu bulan-bulan (sayyidu as-syuhur).
Kesan kedua, setelah 9 maka siklus akan kembali pada 0. Hal ini sangat sesuai dengan pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan. Ibadah puasa Ramadhan diharapkan dapat mengembalikan umat Islam pada posisi nol, yaitu posisi fitrah. Setelah umat Islam sudah carut marut dengan berbagai salah dan dosa, maka puasa Ramadhan merupakan momen untuk mengembalikan dirinya kepada kesucian (‘aid al-fitrih), kembali pada posisi 0.
Kata “shiam” yang khusus membahas puasa Ramadhan, hanya dijelaskan pada surat QS 2 ayat 183 dan 187. Semuanya menggunakan kata “al-Shiam” yang berbeda dengan di ayat-ayat yang lain yang menggunakan kata “Shiam”, “Fashiam” atau “Shiama”. Jika digit-digit pada ketiga bilangan tersebut dijumlahkan akan diperoleh 2 + 1 + 8 + 3 + 1 + 8 + 7 = 30. Apa yang terbayang dengan bilangan 30? Bilangan 30 ini seakan mengingatkan pada banyak hari, yaitu 30 hari atau 1 bulan. Meskipun satu bulan tidak selalu 30 hari, tetapi secara umum satu bulan dianggap 30 hari. Kesan yang diperoleh berkaitan bilangan 30 tersebut adalah seakan sudah ditegaskan bahwa puasa Ramadhan adalah satu bulan penuh. Tidak dibenarkan puasa hari pertama saja dan hari terakhir saja (puasa bedug), dan tidak dibenarkan juga puasa selang-seling, sehari puasa sehari berikutnya tidak (puasa bolong). Puasa Ramadhan adalah puasa satu bulan penuh atau utuh.
Berkaitan dengan puasa Ramadhan, nabi Muhammad saw pernah bersabda bahwa “barang siapa berpuasa Ramadhan lalu dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah sudah berpuasa setahun penuh”. Bagaimana dapat terjadi, 1 bulan ditambah 6 hari sama dengan 1 tahun? Hadits ini dapat dijelaskan secara matematik. Dalam al-Qur’an surat al-An’aam ayat 160 telah disebutkan bahwa “barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya”. Berdasarkan ayat ini maka diperoleh bahwa 1 bulan akan sama dengan 10 bulan (dikalikan 10) dan 6 hari akan sama dengan 60 hari atau 2 bulan (juga dikalikan 10). Hasil akhir akan diperoleh, 10 bulan ditambah 2 bulan akan sama dengan 12 bulan atau 1 tahun. Penjelasakan matematik ini memang terlalu sederhana, karena menggunakan standar minimal (10 kali) dan menyamakan puasa Ramadhan dengan puasa Syawal. Pahala puasa Ramadhan hanya Allah swt yang tahu. Allah swt berfirman dalam hadits qudsi bahwa “puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang membalasnya”. Selain itu, nabi Muhammad saw bersabda bahwa “Allah menetapkan pahala antara 10 sampai 700 kali, tetapi tidak untuk pahala puasa Ramadhan”.
Mengakhiri tulisan ini, penulis berharap semoga kita semua dapat mengisi bulan Ramadhan ini dengan ibadah yang ikhlas, karena Allah swt semata. Semoga kita dapat melaksanakan puasa Ramadhan ini dengan baik dan penuh, yang dapat mengantarkan kita pada posisi nol atau posisi fitrah. Harapan terkahir, semoga kita mampu melaksanakan puasa Ramadhan dan mampu melanjutkannya dengan enam hari puasa di bulan Syawal.
Khutbah Idul Fitri 1433 H/2012
IDUL FITRI 1433 H/2012
IDUL FITRI 1433 H/2012
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهَ اَكْبَرُ اَللهَ اَكْبرُ. اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْيرًا وَاْلحَمْدُ ِللهِ كَئِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَ صِيْلاً لاَ اِ لَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَِللهِ اْلحَمْدُ. اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى جَعَلَ اْلأَ عْـيَادَ بـاِِِِِِِِِِِِِِِِْلأَ فْرَاحِ وَالسُّرُوْرِوَضَاعَـفَ لِلْـمُـطِـعِــيْنَ جَزِيـْلَ اْلأُجُوْرِ.وَكــَمَلَ الضِّيـَافـَةَ فِى يـَوْمِ اْلـعـِيْدِ لـِعـُمُـوْمِ اْلـمـُؤْمـِنـِـيْنَ بــِسَـعْـيــِهِمُ اْلـمَشْكُوْرِ.فـَسُبْحَانَ مـَنْ حَرَّمَ صَوْمَهُ وَأَوْجَبَ فـِطْرَ هُ وََحَـذَّرَ فِـيـْهِ مِنَ اْلـغُرُوْر.أشْهَدُ اَنْ لاَ اِ لَهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِ يْكَ لَه ُا العَـفُّـوُّ اْلغـَفُوْرُ.وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّـدَ ناَ مـُحَمدًا عَبْدُ هُ وَرَسُوْ لُهُ اْلـحَبِـيْـبُ الشُّكــُوْرُ.اَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِِكْ عَلَى مُحَمََّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَ صَحْبِهِ الَّذِيـْنَ يـَرْجُوْنَ تـِجَارَةً لـَنْ تـَبـُوْرَ .اَمَّابَعْدُ فَيَاعِبَادَاللهِ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَِللهِ الْحَمْدُ
Jamaah shalat ied yang dimuliakan oleh Allah
Marilah kita panjatkan segala puji bagi Allah yang telah mengumpulkan kita pagi ini dengan menyandang beribu-ribu nikmat, terutama sehat yang merupakan sayyidu na’imiddunya –nikmat dunia yang paling besar dan nikmat Islam yang merupakan sayyidu na’imil akhirah nikmat yang paling besar untuk akhirat.
Setiap nikmat, menuntut kita untuk bersyukur, sedangkan makna syukur adalah tashrifun ni’mah ‘alaa muraadi mu’thiiha’, menggunakan nikmat sesuai dengan kehendak Pemberinya. Maka insan yang bersyukur adalah yang mampu mengunakan nikmat Allah sesuai dengan apa yang telah digariskan syariat dan tidak menggunakan nikmat sebagai sarana untuk bermaksiat. Seberapa durhakanya seorang anak yang diberi sepatu oleh ayahnya, kemudian dipakainya sepatu tersebut untuk menempeleng ayahnya ?
Tapi lebih durhaka lagi, orang yang diberi nikmat oleh Allah, namun dia pergunakan nikmat tersebut sebagai sarana bermaksiat kepada Allah. Harta untuk berfoya-foya di dalam dosa, sehatnya untuk maksiat, kekuatannya untuk menyokong kemungkaran. Begitulah, karena hak Allah untuk diagungkan lebih besar dan hak ayah untuk dihormati anaknya.
Jama’ah shalat ‘ied yang berbahagia …
Baru saja kita ‘mentas’ dari bulan penggembleng-an iman, bulan yang didalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan.Bulan dibukanya pintu-pintu kebaikan dan disingkirkannya banyak rintangan iman.Bulan kemudahan untuk menjalankan segala bentuk ketaatan. Keberhasilan kita dibulan pengemble-ngan terlihat di bulan-bulan berikutnya.
Namun, fenomena lunturnya iman selalu terulang di penghabisan Ramadhan. Masjid-masjid yang semula penuh sesak, kini kembali sepi.Bacaan Al-Qur’an tidak terdengar lagi, hingar bingar musik memekakkan telinga dan kemasiatan kembali merajalela.Inilah kondisi manusia selepas ramadhan. Peristiwa ini seakan merupakan rekaman ulang dari tahun-tahun yang telah lalu. Berakhirnya Ramadhan diiringi pula dengan rampungnya seluruh amalan. Awal syawal menjadi start untuk berpacu dalam maksiat, saat untuk menumpahkan gejolak nafsu yang tertahan selama sebulan. Bekas amal Ramadhan nyaris sirna tak tersisa.
Sungguh, fenomena ini menunjukkan betapa cepat manusia berubah.Pagi hari, dihari terakhir Ramadhan, manusia masih nampak khusu’,dekat dengan ketaatan, dan tak berhasrat terhadap kemaksiatan. Namun sore harinya, berubah bagai serigala lapar yang lepas dari kandang. Pagi hari diawal syawal, mereka masih khusu’ dengan shalat ‘ied bersemangat meneriakkan takbir dan mengagungkan Allah. Namun sejurus kemudian, mereka meremehkan Allah dan mengundang murka-Nya dengan maksiat dan dosa. Masjid kosong sepi dari shalat jama’ah lantaran sibuk mondar-mandir kerumah tetangga, hiburan haram penuh sesak oleh manusia yang ingin melampiaskan syahwatnya.
Begitu cepatnya pikiran manusia berubah … alangkah kilatnya keyakinan manusia berpidah… benarkan usia manusia semakin rentan dan telah dekat datangnya kiamat ? Hadits ini menjadi bukti kebenaran kabar dari Rasulullah SAW.tentang hal ini beliau bersabda :
باَ دِرُوْا بــِاْلأَعْمَالِ فـِتـَنـًا كــَقـِطَعِ الَّيـْـــلِ الْمُظْلِمِ يـُصْـبِـحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنـًاوَيـُمْـــسِي كَافِرًا أَوْ يـُمْسِي مُؤْمِنــًا وَ يـُصْبــِحُ كَافِرًا يـَبـِيْـعُ دِيْنَهُ بـِعَرَضِ مـِنَ الدُّنــْيـَا ( رواه مسلم )
“ Bersegerah untuk beramal (karena akan ada) fitnah seperti gelapnya malam, yang mana seseorang beriman pada pagi harinya, namun dipetang harinya kafir. Dan pada sore harinya mukmin namun pada pagi harinya kafir, dia menjual agamanya dengan sedikit kepuasan dunia “ ( HR Muslim )
Imam Muhammad bin Abdurrahman Al-Mubarokfuri dalam kitabnya “ Tuhfatul Ahwazhi Bisyarhi Jami’at Tirmidzi “ berkata, Fitnah tersebut adalah fitnah yang besar dan ujian yang mengoncangkan, sedangkan maksud gelapnya malam adalah lantaran dahsatnya, gelapnya dan samarnya karena tidak jelas penyebabnya “
Maksud dari pagi dan sore dalam hadits tersebut adalah dari waktu ke waktu, tidak hanya terkhusus pada pada waktu pagi dan petang saja. Seakan hal itu merupakan kinayah (kiyasan) akan keadaan manusia yang labil, terombang ambing, mudah berbolak-balik pendapatnya, mudah janji dan ringan mengingkari, begitu mudah amanah berganti dengan khiyanat, makruf dengan yang mungkar dan mengganti iman dengan kekufuran hanya karena sedikit kenikmatan dunia.
الله اكبر... الله اكبر... الله اكبر...
Apa yang digambarkan Nabi Muhammad SAW tersebut begitu pas dengan zaman di mana kita hidup ini. Berapa banyak manusia yang dulunya di kenal sebagai orang yang saleh, ternyata ia berubah menjadi bejat, ada pula yang dikenal sebagai pejuang, akhirnya menjadi penjahat, dulunya pembela Islam, tiba-tiba berbalik memusuhi Islam, hanya karena secuil kue dunia.
Fenomena gonjang-ganjingnya kondisi manusia tersebut telah lama kita tengarai, bahkan semakin nampak setiap kali memasuki bulan syawal, sehari setelah manusia menyelesaikan tugasnya di bulan barakah.Begitu mudahnya manusia berubah, dari ketaatan menuju kemaksiatan, dari pahala menuju dosa dan dari cahaya menuju kegelapan hanya karena bergantinya waktu, hari ataupun bulan. Pergantian bulan ternyata begitu mengejutkan manusia.Ada perubahan frontal, pergantian total dan kemerosotan yang total.
Agar kita tidak masuk dalam daftar orang yang bersifat labil dan menjadi muslim musiman, sebelum jauh meninggalkan Ramadhan, ada baiknya kita mengenang kembali saat-saat indah bersama Ramadhan. Bulan yang melatih kesabaran, bulan taqwa, bulan mujahadah, bulan rahmat dan bulan maghfirah. Kita secara akrab dengan amal shalih, jauh dari dosa, kita sadar setelah tadinya lalai, bangun setelah tadinya terlelap dan seakan kita hadir setelah tadinya menghilang.
Kini, hari-hari itu berlalu sudah, sirnalah satu marhalah dari kehidupan kita yang mustahil hadir pada kali kedua. Maka hendaknya kita melihat, buah apa yang telah kita petik sebagai alumnus madrasah imaniyah, bulan penggemblengan dan bulan ujian ini ? Benarkah ijazah taqwa dengan nilai baik telah kita sandang ? Jika benar hendaknya kita bersyukur kepada Allah, hendaknya kita memohon kepada Allah agar senantiasa diberi keteguhan dan istiqomah hingga ajal menjemput kita.
Jangan sampai menimpa kita, perumpamaan orang yang menata bata demi bata hingga berujud bangunan indah dan megah, namun tiba-tiba ia sendiri yang merobohkannya. Atau laksana mengurai benang yang telah dipintalnya. Allah berfirman :
وَلا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ
Artinya : “ Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benang yang sudah dia pintal dengan kuat lalu menjadi cerai berai kembali “ ( QS An-Nahl :92 )
Itulah perumpamaan orang yang telah bersusah payah membina jiwanya dengan amal shalih hingga merasakan nikmatnya taat dan manisnya munjat, tiba-tiba kembali ke lembah maksiat.Dia tinggalkan satu demi satu ketaatan-ketaatan yang telah dibangunnya selama ramadhan, hingga lenyap tak tersisa.
Inilah gejala gagalnya Ramadhan. Karena buah yang buruk hanya dihasilkan oleh usaha yang buruk pula.Jika memang apa yang kita upayakan pada bulan Ramadhan adalah kebaikan, tentulah akan memetik panen kebaikan pula di bulan setelahnya. Seperti yang dikatakan sebagian salaf “ inna min jazaa’il hasanah al-hasanah ba’daha wa inna min uqubatis sayyi’ah as-syyi’atu ba’daha “, pahala bagi orang yang mengerjakan kebaikan adalah dia akan mengerjakan kebaikan setelahnya, dan balasan bagi orang yang melakukan keburukan adalah dia akan melakukan keburukan yang setelahnya.
Ma’asyiral muslimin arsyadakumullah,
Hamba Allah yang baik adalah mereka yang terus menerus melakukan ketaatan kepada Allah, kokoh dalam menggenggam syari’atnya, lurus berjalan diatas dien-Nya, tidak tersendat ibadahnya lantaran bergantinya bulan demi bulan, dari satu tempat ke tempat yang lain, dari satu masa kemasa yang lain, tidak goyah dari seribu perubahan yang terjadi .
Seorang salaf pernah ditanya tentang suatu kaum yang menggebu-gebu amalnya di bulan Ramadhan, namun jika telah berlalu Ramadhan, mereka kembali malas. Beliau menjawab “ seburuk-buruk kaum adalah mereka yang tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan saja, sedangkan orang shalih adalah orang yang beribadah kepada Allah sepanjang tahun.
Tidak ada istimewanya seseorang yang bangun disaat manusia yang lain juga bangun, rajin disaat yang lain juga bersemangat. Yang istimewa adalah seorang yang bisa bangun selagi yang lain terlelap, tetap sadar di saat yang lain terlena, dan tetap bermujahadah kendati yang lain melemah. Allah berfirman dalam Surah Hud ayat 112 فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ
ِArtinya : “ Maka tetaplah (istiqomqh) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu “
Barang siapa memperhatikan syariat Islam, niscaya akan mendapatkan bahwa Nabi telah menunjukkan cara untuk melestarikan segala amal shalih yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan.Rasulullah telah memberikan teladan amalan-amalan sunnah yang dianjurkan untuk kita ikuti.
Jika selama bulan Ramadeahan kita melaksanakan shiyam penuh selama satu bulan, maka di bulan syawalpun kita disunnahkan shaum selama enam hari.
مَنْ صَامَ رَمـَضـَانَ ثــُمَّ أَتـْبَعَهُ سِتــًّا مِنْ شَـوََّالِ كَانَ كــَصِيَامِ الدَّهْرِ
Artinya : “ Barang siapa yang shaum pada bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan shiyam enam hari di bulan syawal, maka ia seperti mengerjakan sahaum selama satu tahun “
Jika selama bulan Ramadhan kita melaksanakan sunnah Rasulullah Saw berupa shalat tarawih sebulan penuh, maka lebih utama lagi jika setiap malam kita membiasakan diri dengan qiyamullail, shalat tahajud untuk mengisi malam-malam kita. Inilah shalat sunnah yang paling utama, yang menjadi ciri dan kebiasaan calon penghuni Jannah sebagaimana yang Allah SWT ceritakan perihal ahli jannah :
كَانُوا قَلِيلا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
“ Mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam “ (QS Adza-Dzariyat ayat : 17)
Juga firman-Nya :
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
“ Dan pada sebagian malam hari shalat tahjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji “ (QS Al-Israa’ ayat 79)
Setelah disyariatkan bagi kita zakat fitrah di bulan Ramadahan, diwajibkan pula bagi kita untuk menunaikan zakat maal, zakat harta sebagai pembersih harta kita. Karena di dalamnya terdapat hak-hak orang lain. Lebih baik lagi jika kita membiasakan mengeluarkan shadaqah diluar Ramadhan.
Tilawah Al-quran, tidak hanya disyariatkan di bulan Ramadhan belaka, sebagaimana rambu-rambu didalamnya tak hanya mrnuntun kita menapaki satu bulan saja, satu musim saja. Begitupun dengan amal ibadah yang lain, karena beribadah kepada Allah bukan pada bulan Ramadhan saja, namun seharusnya di luar bulan Ramadahanpun kita tetap beribadah kepada-Nya.
Oleh karena itu, pada sa’at-sa’at sekarang ini ujian, cobaan dan bala’ tengah melanda Negara Indonesi yang dikenal “ subur makmur “ ini, maka hendaklah seluruh penduduknya dapat mengamalkan amaliyah Ramadahan dengan sungguh-sungguh demi meningkatkan keimanan, amal shaleh, melaksanakan amar ma’ruf (kebaikan) dan nahi munkar ( mencegah kemaksiatan dan kemunkaran ) serta senantiasa berdo’a agar Allah SWT memberikan jalan keluar dan membebaskan dari berbagai krisis dan kesulitan yang tengah kita hadapi sekarang ini.
Akhirnya sebagai penutup Khutbah Idul Fitri 1433/2012 ini, marilah bersama-sama memanjatkan do’a kehadirat Allah SWT, :
Ya Allah berilah kami kekuatan dan kemampuan untuk mewujudkan masyarakat, bangsa dan Negara kami berkekalan dan berkepanjangan untuk menjaga situasi kondusif, aman dan damai serta sejahtera dibawah perlindungan-MU;-
Ya Allah dengan Ibadah Puasa Ramadhan sebulan yang lalu jadikanlah kami menjadi manusia yang benar-benar beriman dan bertaqwa, kepada-MU;-
Ya Allah yang Maha pengampun ampunilah dosa dan kesalahan kami, dosa dan kesalahan ibu bapak kami dan tunjukkanlah kami semua ke jalan yang lurus, jalan yang Engkau ridhoi;-
Ya Allah, dengan rasa ikhlas dari lubuk hati yang paling dalam, kami memohon kehadirat-MU , semoga Engkau melindungi kami dari godaan dan ganguan manusia, syetan yang terkuntuk. dan bimbinglah kami semua kejalan yang lurus yang mendapat ampunan dan ridho-MU;-
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدَّ نْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآ خِرَ ةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَ ابَ النَّا ِر .والحمد لله رب العالمين .
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهَ اَكْبَرُ اَللهَ اَكْبرُ. اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْيرًا وَاْلحَمْدُ ِللهِ كَئِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَ صِيْلاً لاَ اِ لَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَِللهِ اْلحَمْدُ. اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى جَعَلَ اْلأَ عْـيَادَ بـاِِِِِِِِِِِِِِِِْلأَ فْرَاحِ وَالسُّرُوْرِوَضَاعَـفَ لِلْـمُـطِـعِــيْنَ جَزِيـْلَ اْلأُجُوْرِ.وَكــَمَلَ الضِّيـَافـَةَ فِى يـَوْمِ اْلـعـِيْدِ لـِعـُمُـوْمِ اْلـمـُؤْمـِنـِـيْنَ بــِسَـعْـيــِهِمُ اْلـمَشْكُوْرِ.فـَسُبْحَانَ مـَنْ حَرَّمَ صَوْمَهُ وَأَوْجَبَ فـِطْرَ هُ وََحَـذَّرَ فِـيـْهِ مِنَ اْلـغُرُوْر.أشْهَدُ اَنْ لاَ اِ لَهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِ يْكَ لَه ُا العَـفُّـوُّ اْلغـَفُوْرُ.وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّـدَ ناَ مـُحَمدًا عَبْدُ هُ وَرَسُوْ لُهُ اْلـحَبِـيْـبُ الشُّكــُوْرُ.اَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِِكْ عَلَى مُحَمََّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَ صَحْبِهِ الَّذِيـْنَ يـَرْجُوْنَ تـِجَارَةً لـَنْ تـَبـُوْرَ .اَمَّابَعْدُ فَيَاعِبَادَاللهِ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَِللهِ الْحَمْدُ
Jamaah shalat ied yang dimuliakan oleh Allah
Marilah kita panjatkan segala puji bagi Allah yang telah mengumpulkan kita pagi ini dengan menyandang beribu-ribu nikmat, terutama sehat yang merupakan sayyidu na’imiddunya –nikmat dunia yang paling besar dan nikmat Islam yang merupakan sayyidu na’imil akhirah nikmat yang paling besar untuk akhirat.
Setiap nikmat, menuntut kita untuk bersyukur, sedangkan makna syukur adalah tashrifun ni’mah ‘alaa muraadi mu’thiiha’, menggunakan nikmat sesuai dengan kehendak Pemberinya. Maka insan yang bersyukur adalah yang mampu mengunakan nikmat Allah sesuai dengan apa yang telah digariskan syariat dan tidak menggunakan nikmat sebagai sarana untuk bermaksiat. Seberapa durhakanya seorang anak yang diberi sepatu oleh ayahnya, kemudian dipakainya sepatu tersebut untuk menempeleng ayahnya ?
Tapi lebih durhaka lagi, orang yang diberi nikmat oleh Allah, namun dia pergunakan nikmat tersebut sebagai sarana bermaksiat kepada Allah. Harta untuk berfoya-foya di dalam dosa, sehatnya untuk maksiat, kekuatannya untuk menyokong kemungkaran. Begitulah, karena hak Allah untuk diagungkan lebih besar dan hak ayah untuk dihormati anaknya.
Jama’ah shalat ‘ied yang berbahagia …
Baru saja kita ‘mentas’ dari bulan penggembleng-an iman, bulan yang didalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan.Bulan dibukanya pintu-pintu kebaikan dan disingkirkannya banyak rintangan iman.Bulan kemudahan untuk menjalankan segala bentuk ketaatan. Keberhasilan kita dibulan pengemble-ngan terlihat di bulan-bulan berikutnya.
Namun, fenomena lunturnya iman selalu terulang di penghabisan Ramadhan. Masjid-masjid yang semula penuh sesak, kini kembali sepi.Bacaan Al-Qur’an tidak terdengar lagi, hingar bingar musik memekakkan telinga dan kemasiatan kembali merajalela.Inilah kondisi manusia selepas ramadhan. Peristiwa ini seakan merupakan rekaman ulang dari tahun-tahun yang telah lalu. Berakhirnya Ramadhan diiringi pula dengan rampungnya seluruh amalan. Awal syawal menjadi start untuk berpacu dalam maksiat, saat untuk menumpahkan gejolak nafsu yang tertahan selama sebulan. Bekas amal Ramadhan nyaris sirna tak tersisa.
Sungguh, fenomena ini menunjukkan betapa cepat manusia berubah.Pagi hari, dihari terakhir Ramadhan, manusia masih nampak khusu’,dekat dengan ketaatan, dan tak berhasrat terhadap kemaksiatan. Namun sore harinya, berubah bagai serigala lapar yang lepas dari kandang. Pagi hari diawal syawal, mereka masih khusu’ dengan shalat ‘ied bersemangat meneriakkan takbir dan mengagungkan Allah. Namun sejurus kemudian, mereka meremehkan Allah dan mengundang murka-Nya dengan maksiat dan dosa. Masjid kosong sepi dari shalat jama’ah lantaran sibuk mondar-mandir kerumah tetangga, hiburan haram penuh sesak oleh manusia yang ingin melampiaskan syahwatnya.
Begitu cepatnya pikiran manusia berubah … alangkah kilatnya keyakinan manusia berpidah… benarkan usia manusia semakin rentan dan telah dekat datangnya kiamat ? Hadits ini menjadi bukti kebenaran kabar dari Rasulullah SAW.tentang hal ini beliau bersabda :
باَ دِرُوْا بــِاْلأَعْمَالِ فـِتـَنـًا كــَقـِطَعِ الَّيـْـــلِ الْمُظْلِمِ يـُصْـبِـحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنـًاوَيـُمْـــسِي كَافِرًا أَوْ يـُمْسِي مُؤْمِنــًا وَ يـُصْبــِحُ كَافِرًا يـَبـِيْـعُ دِيْنَهُ بـِعَرَضِ مـِنَ الدُّنــْيـَا ( رواه مسلم )
“ Bersegerah untuk beramal (karena akan ada) fitnah seperti gelapnya malam, yang mana seseorang beriman pada pagi harinya, namun dipetang harinya kafir. Dan pada sore harinya mukmin namun pada pagi harinya kafir, dia menjual agamanya dengan sedikit kepuasan dunia “ ( HR Muslim )
Imam Muhammad bin Abdurrahman Al-Mubarokfuri dalam kitabnya “ Tuhfatul Ahwazhi Bisyarhi Jami’at Tirmidzi “ berkata, Fitnah tersebut adalah fitnah yang besar dan ujian yang mengoncangkan, sedangkan maksud gelapnya malam adalah lantaran dahsatnya, gelapnya dan samarnya karena tidak jelas penyebabnya “
Maksud dari pagi dan sore dalam hadits tersebut adalah dari waktu ke waktu, tidak hanya terkhusus pada pada waktu pagi dan petang saja. Seakan hal itu merupakan kinayah (kiyasan) akan keadaan manusia yang labil, terombang ambing, mudah berbolak-balik pendapatnya, mudah janji dan ringan mengingkari, begitu mudah amanah berganti dengan khiyanat, makruf dengan yang mungkar dan mengganti iman dengan kekufuran hanya karena sedikit kenikmatan dunia.
الله اكبر... الله اكبر... الله اكبر...
Apa yang digambarkan Nabi Muhammad SAW tersebut begitu pas dengan zaman di mana kita hidup ini. Berapa banyak manusia yang dulunya di kenal sebagai orang yang saleh, ternyata ia berubah menjadi bejat, ada pula yang dikenal sebagai pejuang, akhirnya menjadi penjahat, dulunya pembela Islam, tiba-tiba berbalik memusuhi Islam, hanya karena secuil kue dunia.
Fenomena gonjang-ganjingnya kondisi manusia tersebut telah lama kita tengarai, bahkan semakin nampak setiap kali memasuki bulan syawal, sehari setelah manusia menyelesaikan tugasnya di bulan barakah.Begitu mudahnya manusia berubah, dari ketaatan menuju kemaksiatan, dari pahala menuju dosa dan dari cahaya menuju kegelapan hanya karena bergantinya waktu, hari ataupun bulan. Pergantian bulan ternyata begitu mengejutkan manusia.Ada perubahan frontal, pergantian total dan kemerosotan yang total.
Agar kita tidak masuk dalam daftar orang yang bersifat labil dan menjadi muslim musiman, sebelum jauh meninggalkan Ramadhan, ada baiknya kita mengenang kembali saat-saat indah bersama Ramadhan. Bulan yang melatih kesabaran, bulan taqwa, bulan mujahadah, bulan rahmat dan bulan maghfirah. Kita secara akrab dengan amal shalih, jauh dari dosa, kita sadar setelah tadinya lalai, bangun setelah tadinya terlelap dan seakan kita hadir setelah tadinya menghilang.
Kini, hari-hari itu berlalu sudah, sirnalah satu marhalah dari kehidupan kita yang mustahil hadir pada kali kedua. Maka hendaknya kita melihat, buah apa yang telah kita petik sebagai alumnus madrasah imaniyah, bulan penggemblengan dan bulan ujian ini ? Benarkah ijazah taqwa dengan nilai baik telah kita sandang ? Jika benar hendaknya kita bersyukur kepada Allah, hendaknya kita memohon kepada Allah agar senantiasa diberi keteguhan dan istiqomah hingga ajal menjemput kita.
Jangan sampai menimpa kita, perumpamaan orang yang menata bata demi bata hingga berujud bangunan indah dan megah, namun tiba-tiba ia sendiri yang merobohkannya. Atau laksana mengurai benang yang telah dipintalnya. Allah berfirman :
وَلا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ
Artinya : “ Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benang yang sudah dia pintal dengan kuat lalu menjadi cerai berai kembali “ ( QS An-Nahl :92 )
Itulah perumpamaan orang yang telah bersusah payah membina jiwanya dengan amal shalih hingga merasakan nikmatnya taat dan manisnya munjat, tiba-tiba kembali ke lembah maksiat.Dia tinggalkan satu demi satu ketaatan-ketaatan yang telah dibangunnya selama ramadhan, hingga lenyap tak tersisa.
Inilah gejala gagalnya Ramadhan. Karena buah yang buruk hanya dihasilkan oleh usaha yang buruk pula.Jika memang apa yang kita upayakan pada bulan Ramadhan adalah kebaikan, tentulah akan memetik panen kebaikan pula di bulan setelahnya. Seperti yang dikatakan sebagian salaf “ inna min jazaa’il hasanah al-hasanah ba’daha wa inna min uqubatis sayyi’ah as-syyi’atu ba’daha “, pahala bagi orang yang mengerjakan kebaikan adalah dia akan mengerjakan kebaikan setelahnya, dan balasan bagi orang yang melakukan keburukan adalah dia akan melakukan keburukan yang setelahnya.
Ma’asyiral muslimin arsyadakumullah,
Hamba Allah yang baik adalah mereka yang terus menerus melakukan ketaatan kepada Allah, kokoh dalam menggenggam syari’atnya, lurus berjalan diatas dien-Nya, tidak tersendat ibadahnya lantaran bergantinya bulan demi bulan, dari satu tempat ke tempat yang lain, dari satu masa kemasa yang lain, tidak goyah dari seribu perubahan yang terjadi .
Seorang salaf pernah ditanya tentang suatu kaum yang menggebu-gebu amalnya di bulan Ramadhan, namun jika telah berlalu Ramadhan, mereka kembali malas. Beliau menjawab “ seburuk-buruk kaum adalah mereka yang tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan saja, sedangkan orang shalih adalah orang yang beribadah kepada Allah sepanjang tahun.
Tidak ada istimewanya seseorang yang bangun disaat manusia yang lain juga bangun, rajin disaat yang lain juga bersemangat. Yang istimewa adalah seorang yang bisa bangun selagi yang lain terlelap, tetap sadar di saat yang lain terlena, dan tetap bermujahadah kendati yang lain melemah. Allah berfirman dalam Surah Hud ayat 112 فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ
ِArtinya : “ Maka tetaplah (istiqomqh) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu “
Barang siapa memperhatikan syariat Islam, niscaya akan mendapatkan bahwa Nabi telah menunjukkan cara untuk melestarikan segala amal shalih yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan.Rasulullah telah memberikan teladan amalan-amalan sunnah yang dianjurkan untuk kita ikuti.
Jika selama bulan Ramadeahan kita melaksanakan shiyam penuh selama satu bulan, maka di bulan syawalpun kita disunnahkan shaum selama enam hari.
مَنْ صَامَ رَمـَضـَانَ ثــُمَّ أَتـْبَعَهُ سِتــًّا مِنْ شَـوََّالِ كَانَ كــَصِيَامِ الدَّهْرِ
Artinya : “ Barang siapa yang shaum pada bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan shiyam enam hari di bulan syawal, maka ia seperti mengerjakan sahaum selama satu tahun “
Jika selama bulan Ramadhan kita melaksanakan sunnah Rasulullah Saw berupa shalat tarawih sebulan penuh, maka lebih utama lagi jika setiap malam kita membiasakan diri dengan qiyamullail, shalat tahajud untuk mengisi malam-malam kita. Inilah shalat sunnah yang paling utama, yang menjadi ciri dan kebiasaan calon penghuni Jannah sebagaimana yang Allah SWT ceritakan perihal ahli jannah :
كَانُوا قَلِيلا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
“ Mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam “ (QS Adza-Dzariyat ayat : 17)
Juga firman-Nya :
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
“ Dan pada sebagian malam hari shalat tahjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji “ (QS Al-Israa’ ayat 79)
Setelah disyariatkan bagi kita zakat fitrah di bulan Ramadahan, diwajibkan pula bagi kita untuk menunaikan zakat maal, zakat harta sebagai pembersih harta kita. Karena di dalamnya terdapat hak-hak orang lain. Lebih baik lagi jika kita membiasakan mengeluarkan shadaqah diluar Ramadhan.
Tilawah Al-quran, tidak hanya disyariatkan di bulan Ramadhan belaka, sebagaimana rambu-rambu didalamnya tak hanya mrnuntun kita menapaki satu bulan saja, satu musim saja. Begitupun dengan amal ibadah yang lain, karena beribadah kepada Allah bukan pada bulan Ramadhan saja, namun seharusnya di luar bulan Ramadahanpun kita tetap beribadah kepada-Nya.
Oleh karena itu, pada sa’at-sa’at sekarang ini ujian, cobaan dan bala’ tengah melanda Negara Indonesi yang dikenal “ subur makmur “ ini, maka hendaklah seluruh penduduknya dapat mengamalkan amaliyah Ramadahan dengan sungguh-sungguh demi meningkatkan keimanan, amal shaleh, melaksanakan amar ma’ruf (kebaikan) dan nahi munkar ( mencegah kemaksiatan dan kemunkaran ) serta senantiasa berdo’a agar Allah SWT memberikan jalan keluar dan membebaskan dari berbagai krisis dan kesulitan yang tengah kita hadapi sekarang ini.
Akhirnya sebagai penutup Khutbah Idul Fitri 1433/2012 ini, marilah bersama-sama memanjatkan do’a kehadirat Allah SWT, :
Ya Allah berilah kami kekuatan dan kemampuan untuk mewujudkan masyarakat, bangsa dan Negara kami berkekalan dan berkepanjangan untuk menjaga situasi kondusif, aman dan damai serta sejahtera dibawah perlindungan-MU;-
Ya Allah dengan Ibadah Puasa Ramadhan sebulan yang lalu jadikanlah kami menjadi manusia yang benar-benar beriman dan bertaqwa, kepada-MU;-
Ya Allah yang Maha pengampun ampunilah dosa dan kesalahan kami, dosa dan kesalahan ibu bapak kami dan tunjukkanlah kami semua ke jalan yang lurus, jalan yang Engkau ridhoi;-
Ya Allah, dengan rasa ikhlas dari lubuk hati yang paling dalam, kami memohon kehadirat-MU , semoga Engkau melindungi kami dari godaan dan ganguan manusia, syetan yang terkuntuk. dan bimbinglah kami semua kejalan yang lurus yang mendapat ampunan dan ridho-MU;-
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدَّ نْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآ خِرَ ةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَ ابَ النَّا ِر .والحمد لله رب العالمين .
Minggu, 15 Juli 2012
Khutbah Nikah Buat Umml Habibah
Khutbah Nikah
MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH DALAM
PERSPEKTIF ISLAM
O
L
E
H
M.Munzir Syahid
Disampaikan pada Upacara Pernikahan :
Ummul Habibah, Binti Hasyim Asy'ari
dan
Redi Oktariawan Bin Edi Rahman
Kamis, Tanggal 12 Juli 2012
Bertempat di Pringkumpul Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu
NAN EMPAT TALI PENGIKAT PERNIKAHAN
Seumpama isteri kawan hidup
Ambil tamsil di bawah ini
Agar yang muda tidak menyusup
Kawin cerai silih-berganti
Kalau diri punya sepuluh teman
Enam orang mengandung iri
Kerja-perbuatan laksana kuman
Awak susah, dia menari
Yang tiga tergantung kondisi
Waktu kaya dia mendekat
Ketika miskin semua pergi
Sifat mereka cari selamat
Hanya satu teman sejati
Susah senang dia setia
Tidak berpikir untung rugi
Curahan hati penyimpan rahasia
NASEHAT PERNIKAHAN*
Oleh: M. MUNZIR SYAHID
Assalamualaikum wr.wb.
إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمَّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاَّ وَأَنْتـُـمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيـْرًا و َنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َإِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتّـَقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ
Ummul Habibah dan Redi Oktariawan
Selama ini kalian menjadi amanah di tangan orang tua kalian masing-masing.
Kalian dipeliharanya, dibesar-kannya, dididiknya, disekolah-kannya dan seterusnya sekarang ini kalian diantarka-nnya memasuki pintu gerbang pernikahan.
Kasih sayang orang tua kalian kepada kalian ternyata melebihi kasih sayang mereka kepada diri mereka sendiri. Kini tibalah giliran mereka menyerahkan amanah itu kepada kalian berdua.
Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah.
Mengapa setiap mahluk melakukan perkawinan ?
Para ahli menjelaskan, karena ada sesuatu dalam diri setiap mahluk yang tidak kecil peranannya dalam wujud ini. Sesuatu itu adalah instink/naluri yang melahirkan dorongan seksual. Sepasang burung berkicau dan bercumbu sambil merangkai sarangnya. Bunga mekar dengan indahnya merayu burung dan lebah agar mengantarkan benihnya ke bunga yang lain, supaya dibuahi.
Bukan hanya binatang dan tumbuh-tumbuhan saja, bahkan- kata para ahli- atom yang positip dan negatif, tarik menarik demi memelihara eksistensinya.
Demikianlah naluri makhluk, masing-masing memiliki pasangan dan berupaya untuk bertemu dengan pasangannya.
Agaknya tidak ada satu naluri yang lebih dalam dan lebih kuat dorongannya melebihi dorongan naluri pertemuan dua lawan jenis, pria dan wanita, jantan dan betina, positif dan negatif. Itulah ciptaan Allah SWT dan itulah peraturan-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam surat (Q.S. Yasin : 36).
Artinya: Maha suci Allah yang menciptakan semua pasangan, baik dari apa yang tumbuh di bumi, dari jenis mereka (manusia) maupun dari (mahluk-mahluk) yang mereka tidak ketahui.
Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah.
Mendambakan pasangan itu merupakan fitrah sebelum dewasa; Dan dorongan yang sulit dibendung setelah dewasa.
Kesendirian, dan lebih gawat lagi keterasingan, sungguh dapat menghantui manusia, karena manusia itu pada dasarnya adalah mahluk sosial, mahluk yang membawa sifat dasar ketegantungan.
KHALAQAL INSANA MIN ‘ALAQ, begitu bunyi wahyu pertama Al Quranul Karim.
Memang, sewaktu-waktu manusia itu bisa merasa senang dalam kesendiri-annya, akan tetapi tidak untuk selamanya.
Manusia me-nya-dari, bahwa hubungan yang dalam dan dekat dengan pihak lain akan membantunya untuk mendapatkan kekuatan dan membuat dia lebih bisa menghadapi tantangan. Karena alasan-alasan inilah maka manusia melakukan pernikahan, berkeluarga, bahkan bermasyarakat dan berbangsa.
Allah SWT Maha Mengetahui, bahwa hal seperti itu dialami oleh semua manusia, baik pemuda maupun pemudi, duda maupun janda.
Oleh karena itu, Al Quranul Karim ketika berbicara tentang janda yang belum selesai iddahnya, menyatakan : (Q.S. Al Baqarah 234).
Artinya : Tidak ada dosa bagimu ( hai para wali), membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka secara makruf.
Maksud ayat tersebut adalah mereka, janda-janda (karena suaminya meninggal dunia itu) boleh berhias, bepergian dan menerima pinangan.
Sedang para lelaki diingatkan oleh lanjutan dari ayat itu (Q.S. Al Baqarah: 235)., yang artinya:
Tidak ada dosa bagimu meminang wanita-wanita itu dengan (kalimat) sindiran atau kamu menyem-bunyikan (keinginan mengawini mereka). Allah mengetahui, bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka
Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah.
Dari sinilah Islam mensyariatkan dijalinnya pertemuan pria dan wanita ; diarahkannya pertemuan itu sedemikian rupa hingga terlaksana apa yang disebut pernikahan untuk mengusir hantu keterasingan dan untuk mengalihkan kerisauan dan kegalauan menjadi ketentraman dan ketenangan.
Sebagaimana (Q.S. Ar-Rum: 21)
•• •
Artinya: Diantara tanda-tanda (kebesaran dan kekuasaan Allah) adalah Dia menciptakan dari jenismu pasangan-pasangan agar kamu (masing-masing) memperoleh keten-traman dari (pasangan)-nya dan dijadikannya diantara kamu mawaddah dan rohmah.
Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Alloh bagi kaum yang berpikir
Ananda calon suami istri, yang berbahagia.
Membangun RUMAH TANGGA itu, bukan seperti membangun rumah gedung bertingkat. Menyusun batu bata di atas batu-bata. Tidak juga seperti membuat taman, merangkai bunga di samping bunga. Juga bukan seperti menghimpun binatang dalam satu kandang, satu jantan sepuluh betina. Bukan, bukan seperti itu, melainkan membangun rumah tangga itu dimulai dengan pernikahan antara seorang pria dan.... seorang wanita, seperti yang berlangsung sekarang ini, antara kalian berdua dengan beberapa syarat, antara lain yang selalu harus dipahami dan dihayati,
Pertama adalah yang berkaitan dengan ijab kabul, serah terima pernikahan. Serah terima itu pada hakikatnya adalah ikrar untuk hidup bersama, seiya sekata mewujudkan sakinah atau ketentraman dengan melaksa-nakan segala tuntunan dan kewajiban. Saling wasiat mewasiati-lah tentang suami dan istri untuk berbuat baik.
Kalian menerimanya atas dasar amanat Allah, dan menjadi halal hubungan seksual itu atas dasar kalimat Allah. Itulah yang selalu harus diingat dan dihayati, agar menjadikan kehidupan rumah tangga kalian dinaungi oleh makna kalimat itu, kebenaran, keadilan, langgeng tidak berubah, luhur penuh kebajikan dan dikaruniai anak yang soleh-solehah, penyejuk mata, penyenang hati, berbakti kepada kalian ayah bundanya dan kakek neneknya serta santun pada ahli keluarga dan tetangga disekitarnya. Itulah yang pertama, ijab kabul.
Yang kedua, yang perlu digaris bawahi dalam konteks pernikahan ini adalah mahar. Suami berkewajiban menyerahkan mahar atau maskawin kepada istri. Islam menganjurkan agar maskawin itu sesuatu yang bersifat materi. Oleh karena itu bagi yang tidak memilikinya, dianjurkan untuk menangguhkan pernikahan sampai dia memiliki kemampuan. Akan tetapi jika karena satu dan lain hal, dia harus juga melakukan pernikahan, maka cincin besi pun jadilah. Begitulah sabda Nabi Muhammad SAW. Dan jika cincin besi inipun tidak dimilikinya, sedang pernikahan tidak dapat ditangguhkan lagi, maka maskawin itu boleh berupa jasa mengajarkan Al Quran. Begitulah petunjuk Nabi Besar Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan oleh kedua pakar hadis, Bukhari dan Muslim.
Ananda Calon Suami Istri serta hadirin Rahimakumullah
Mahar atau mas kawin itu adalah lambang kesiapan dan kesediaan suami untuk memberi nafkah kepada istri dan putra-putrinya. Selama maskawin itu bersifat lambang, maka tidak harus banyak, bahkan sebaik-baik maskawin adalah seringan-ringannya. Begitu sabda nabi Muhammad SAW, walaupun Al Quran tidak melarang untuk memberi sebanyak mungkin mas kawin. Mengapa demikian ? Karena pernikahan itu bukanlah akad jual beli. Mas kawin itu bukan harga dari seorang perempuan.
Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah
Tali-temali pengikat pernikahan itu pada pokoknya ada empat:
Yang pertama: CINTA.
Cinta itu adalah kecenderungan hati kepada sesuatu. Kecenderungan ini boleh jadi disebabkan lezatnya yang dicintai atau karena manfaat yang diperoleh daripadanya. Cinta sejati antar manusia terjalin bila ada sifat-sifat pada yang dicintai sesuai dengan sifat yang didambakannya. Rasa inilah yang menjalin pertemuan antara kedua pihak dalam saat yang sama dicintai dan mencintai.
Yang kedua: MAWADDAH:
Yaitu sesuatu di atas cinta yang seharusnya mengikat hubungan suami istri. Tahukah ananda berdua, apa yang disebut mawaddah itu ?
Mawaddah, maknanya berkisar pada kelapangan dan kekosongan .
Kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Demikian menurut pakar Tafsir Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Mawaddah itu adalah cinta plus. Bukankah yang mencintai, -disamping akan terus berusaha mendekat dan mendekat- sesekali hatinya kesal juga, sehingga cintanya pudar, bahkan putus. Sedang bagi orang yang didalam hatinya bersemi mawaddah atau cinta plus itu, dia tidak akan memutuskan hubungan, seperti yang biasa terjadi pada orang yang bercinta. Ini disebabkan hatinya begitu lapang dan kosong dari keburukan, sehingga pintunya pun sudah tertutup, tidak bisa dihinggapi keburukan lahir dan batin, yang mungkin datang dari pasangannya. Mawaddah adalah cinta plus yang tampak dampaknya pada perlakuan, serupa dengan tampaknya kepatuhan akibat rasa kagum dan hormat kepada seseorang.
Yang ketiga: RAHMAH.
Rahmah adalah kondisi psikologis, yang muncul di dalam hati, akibat menyaksikan ketidak berdayaan, sehingga mendorong yang bersang-kutan untuk melakukan pember-dayaan. Karena itu, dalam kehidupan keluarga masing-masing suami dan istri akan bersunguh-sungguh , bahkan bersusah payah, demi mendatangkan kebaikan bagi pasangannya.
Rahmah itu menghasilkan kesabaran......., murah hati, tidak angkuh, tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri, tidak pemarah dan tidak pendendam. Ia menutupi segala sesuatu dan sabar menanggung segalanya. Sementara mawaddah tidak mengenal batas dan tidak berkesudahan.
Mengapa Al Quranul Karim menggaris bawahi hal ini dalam rangka jalinan perkawinan. Agaknya karena betapapun hebatnya seseorang, pasti dia memiliki kelemahan. Dan betapapun lemahnya seseorang pasti ada juga unsur kekuatannya. Suami dan istri tidak luput dari keadaan demikian, sehingga suami dan istri harus berusaha untuk saling melengkapi.
Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah
Firman-firman Alloh SWT tersebut mengandung isyarat, bahwa suami dan istri harus dapat menjadi diri pasangannya dalam arti masing-masing harus merasakan dan memikirkan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh pasangannya dan masing-masing harus mampu memenuhi kebutuhan pasangannya itu. Perhatikan firman Allah sbb
(Q.S. Al Baqarah : 187)
• •
Artinya : Istri-istri kamu adalah pakaianmu dan kamu adalah pakaian mereka
Ayat tersebut tidak hanya mengisyaratkan, bahwa suami dan istri saling membutuhkan, melainkan juga berarti, suami dan istri masing-masing menurut kodratnya memiliki kekurangan, harus dapat berfungsi menutup kekurangan pasangannya itu.
Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah.
Para pakar mengatakan, bahwa kasih sayang disuburkan dengan kesadaran, tak seorang pun yang sempurna. Kekurangan yang dimiliki istri boleh jadi dimiliki juga oleh suami dalam bentuk yang lain. Kesalahan yang dilakukan oleh suami dapat juga dilakukan oleh istri dalam bentuk yang sama atau yang lain. Kesadaran demikianlah yang dapat memelihara dan menyuburkan kasih sayang. Akan tetapi jika kasih sayang itu pun putus, jangan putuskan pernikahan, karena ada amanah yang harus dipertahankan.
Yang keempat : AMANAH
Istri adalah amanah bagi sang suami dan suamipun amanah bagi sang istri. Tidak mungkin orang tua kalian dan keluarga kalian masing-masing akan merestui pernikahan ini tanpa adanya rasa percaya dan aman. Suami, demikian juga istri, tidak akan menjalin hubungan kecuali jika masing-masing merasa aman dan percaya kepada pasangannya. Penikahan ini bukan hanya amanat dari mereka, melainkan juga amanat dari Allah swt. Bukankah ia dijalin atas nama Allah dengan menggunakan kalimat-Nya.
Hadirin Rahimakumullah
Ada seorang pria datang kepada saidina Umar ra. dan menyampaikan rencananya menceraikan istrinya.
Dimana engkau letakkan amanah yang telah engkau terima itu.
Lalu beliau membaca firman Allah :
(Q.S. An Nisa: 19)
Artinya: Seandainya kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah/jangan ceraikan). Mungkin kamu tidak mrnyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
Siramilah amanah itu dengan shalat walau pun hanya lima kali sehari.
ANANDA CALON SUAMI ISTRI YANG BERBAHAGIA LAKSANAKANLAH SEMUA PERINTAH ALLAH SWT DAN JANGAN LANGGAR LARANGANNYA, ANTARA LAIN ADALAH :
Kembangkanlah layar, Bismillahi majreha wa mursaha ina robbil ghafurrurrahim.
Kedua mempelai, hadirin wal hadirot para tamu dan udangan yang berbahagia;
Demikanlah nasehat perkawinan ini seandainya ada benarnya, semata-mata karunia Alloh SWT, sebaliknya seandainya banyak salah dan kekhilafan itu semua karena kedhoifan dan kebodohan saya sendiri. Oleh karena itu kepada hadirin dan hadirot saya mohon maaf dan kepada Alloh saya mohon ampunannya.
Selamat jalan dan selamat berbahagia kedua penganten, selamat menapakkan kaki di jalur kehidupan baru dan dirumah tangga yang baru, rumah tangga baru yang kalian bangun sendiri, yang awal perjalanannya kalian mulai hari ini.
Semoga rahmat, barokah, petunjuk, bimbingan dan ampunan Alloh senantiasa menyertai perjalanan pernikahan kalian.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Wassalamualaikum wr. wb.
اَ لدُّ عَاءُ بَعدَ عَقدِ ا لنِكَا حِ
َا لحْمَدُ لله رَبِّ ا ْلعَا َلمِينَ وَا لصًَلا َةُ وَالسًَلا مُ عَلَى اَسْرَفِ اْلاَ نْبِيَاءِ وَاْلمُرْ سَلِينَ وَعَلَى اَلِِِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعَِيَنَ .
َاللَّهُمَ بَا رِكْ ِلهِذَا اْلعَقدِ اْلمَيْمُونَ, وَاجْعَلْ اِجتِمَا عَهُمَا فِى حُصُولِ خَيِْرٍ يَكُو نَ .َواَ لْقِ بَيْنَهُمَا اَلَمَحَبَّةَ وَالوَِدَادَ.وَرْازُقهُمَا النَّسْلَ الصَّا ِلحَ مِنَ الْبَنَاتِ وَاْلاَوْلاَدِ حَتَّى يَكُونَ اْلاَ سْبَاطَ وَالاَ حْفَادَ وَوَسِّع عَلَيْهِمَا الرِّزْقَ وَحْفَظْهمُاَ مِنْ مَكَايِدِ اْلخَلْقِ ِبرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّا حِمِينَ.اَللَّهُمَ أَصْلِحْ بَيْنَهُمَا مَعَ الأَ عْمَالِ وَأَلِّّفْ بَْينَ قُلُو ِبِهمَا مَعَ اْلأِ يمَانِ وَ اَ كــْثِرْ اَوْلاَدَ هُمَا مَعَ الصَّا لِحِْينَ.وَلاَ تَجْعَلْ بَيْنَهُمَا فِـتـْـنَةً بِجُوْدِكَ وَكَــرَمِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّا حِمِينَ . اَللَّهمَّ اَ لــِِّفْ بَينَ قُلـُوْ بِهِمَا كَمَا َا لَّفْتَ بَينَ الَماءِ وَالطِّينِ واَجْعَلْ هُمَا صَا بـِرِينَ كَمَا صَبَرْتَ طِيْنَا دَاءِمًا اِلَى يَومَ الدِ ّينَ اَللَّهمَ بَارِكْ كُلاً مِنْهُمَا فِى صَا حِبِهِ يَا اَرْحَمَ الرَّا حِمِينَ . اَللَّهمَ ارْزُقهُمَا ذُرِّ يَةً صَا لِحَةً قُرَةً عَينً لَهُمَا وَلِلمُسْلِمِينَ اَجَـمَعِينَ
Ya Allah ……. kiranya Engkau berkenan melimpahkan kepada
Ummul Habibah Binti Hasyim Asy'ari dan Redi Oktariawan Bin Edi Rahman cinta yang Kau jadikan pemgikut Rasulullah dan Khadijatul Al-Kubra, jadikan air mata kasih sayang Cholifah Ali Bin Abi Tholib dan Fatimah Az-Zahra yang engkau jadikan penghias keluarga Nabi Mu yang Suci.
Ya.. Allah… jadikanlah Ummul Habibah Binti Hasyim Asy'ari dan Redi Oktariawan Bin Edi Rahman sebagai Suami-Isteri yang saling mencintai dikala dekat, saling menjaga kehormatan dikala jauh, saling menghibur dikala duka, saling mengingatkan dikala bahagia, saling mendo’akan dalam kebaikan dan ketaqwaan dan saling menyempurnakan dalam periba-datan.
Ya.. Allah… sempurnakan kebahagiaan mereka berdua dengan menjadikan pernikahan ini sebagai Ibadah kepada Mu dan bukti pengikutan dan Cinta mereka berdua kepada Sunnah keluarga Rasul Mu.
Ya.. Allah… bimbing dan lindungilah mereka berdua dalam membentuk keluarga Sakinah Mawaddah Warrohmah dan semoga mendapat keturunan yang Shaleh – Sholihah yang berbakti kepada Mu dan taat kepada kedua orang Tua.
.رَبَّنَا اَ تِنَا فِى الدُّنيَا حَسَنَةً وَفِى الأَ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّا رِ.َوصَلَّىالله عَلَى سَيِّدِ ناَ مُحَمَدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَ صحَابِهِ اَ جمَعِينَ وَالحَمدُ لله رَبِّ ا لعَا لَمِين َ .
Pringsewu Kamis, 12 Juli 2012
M.Munzir Syahid
Selasa, 10 Juli 2012
Pendidikan Berkarakter Bangsa
Pendidikan Berkarakter Bangsa
Pendidikan karakter bangsa yang sekarang lagi gencar-gencarnya diakomodasi dalam ruang lingkup pembalajaran perlu kita apresiasi positif, ditengah carut marutnya negeri ini. Setitik harapan dititipkan melalui dunia pendidikan agar mampu membentuk sendi-sendi kehidupan yang bernuansa Religius, cerdas intelektual, saling menghargai, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, namun program ini akan menjadi sia-sia manakalah guru sebagai ujung tombak dari pelaksana di kelas kurang mendapat sosialisasi tentang pelaksanaan pendidikan berkarakter, saya mencoba memaparkan tentang pendidikan berkarakter :
A. Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:
1. pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi
berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang
mencerminkan budaya dan karakter bangsa;
2. perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan
3. penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
B. Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:
1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan
warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa;
4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang
aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan
yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
C. Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa
diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini.baca Selanjutnya
1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu,
kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama
dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada
nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai
pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan
kaidah yang berasal dari agama.
2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat
pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang
terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi,
kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa
bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik,
yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai nilai
Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.
3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat
itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu
konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat itu. Posisi budaya
yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya
menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.
4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap
warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di
berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai
kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan
pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Tabel 1. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Nilai Deskripsi
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya terutama sholat 5 waktu, toleran erhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
12. Mengahragai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar mambaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
http//www.mmunzir.blogspot.com
Langganan:
Postingan (Atom)