CARI

HOME

Minggu, 15 Juli 2012

Khutbah Nikah Buat Umml Habibah

Khutbah Nikah MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM O L E H M.Munzir Syahid Disampaikan pada Upacara Pernikahan : Ummul Habibah, Binti Hasyim Asy'ari dan Redi Oktariawan Bin Edi Rahman Kamis, Tanggal 12 Juli 2012 Bertempat di Pringkumpul Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu NAN EMPAT TALI PENGIKAT PERNIKAHAN Seumpama isteri kawan hidup Ambil tamsil di bawah ini Agar yang muda tidak menyusup Kawin cerai silih-berganti Kalau diri punya sepuluh teman Enam orang mengandung iri Kerja-perbuatan laksana kuman Awak susah, dia menari Yang tiga tergantung kondisi Waktu kaya dia mendekat Ketika miskin semua pergi Sifat mereka cari selamat Hanya satu teman sejati Susah senang dia setia Tidak berpikir untung rugi Curahan hati penyimpan rahasia NASEHAT PERNIKAHAN* Oleh: M. MUNZIR SYAHID Assalamualaikum wr.wb. إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمَّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاَّ وَأَنْتـُـمْ مُسْلِمُوْنَ يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيـْرًا و َنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َإِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا يَاأَيّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتّـَقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ Ummul Habibah dan Redi Oktariawan Selama ini kalian menjadi amanah di tangan orang tua kalian masing-masing. Kalian dipeliharanya, dibesar-kannya, dididiknya, disekolah-kannya dan seterusnya sekarang ini kalian diantarka-nnya memasuki pintu gerbang pernikahan. Kasih sayang orang tua kalian kepada kalian ternyata melebihi kasih sayang mereka kepada diri mereka sendiri. Kini tibalah giliran mereka menyerahkan amanah itu kepada kalian berdua. Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah. Mengapa setiap mahluk melakukan perkawinan ? Para ahli menjelaskan, karena ada sesuatu dalam diri setiap mahluk yang tidak kecil peranannya dalam wujud ini. Sesuatu itu adalah instink/naluri yang melahirkan dorongan seksual. Sepasang burung berkicau dan bercumbu sambil merangkai sarangnya. Bunga mekar dengan indahnya merayu burung dan lebah agar mengantarkan benihnya ke bunga yang lain, supaya dibuahi. Bukan hanya binatang dan tumbuh-tumbuhan saja, bahkan- kata para ahli- atom yang positip dan negatif, tarik menarik demi memelihara eksistensinya. Demikianlah naluri makhluk, masing-masing memiliki pasangan dan berupaya untuk bertemu dengan pasangannya. Agaknya tidak ada satu naluri yang lebih dalam dan lebih kuat dorongannya melebihi dorongan naluri pertemuan dua lawan jenis, pria dan wanita, jantan dan betina, positif dan negatif. Itulah ciptaan Allah SWT dan itulah peraturan-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam surat (Q.S. Yasin : 36).               Artinya: Maha suci Allah yang menciptakan semua pasangan, baik dari apa yang tumbuh di bumi, dari jenis mereka (manusia) maupun dari (mahluk-mahluk) yang mereka tidak ketahui. Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah. Mendambakan pasangan itu merupakan fitrah sebelum dewasa; Dan dorongan yang sulit dibendung setelah dewasa. Kesendirian, dan lebih gawat lagi keterasingan, sungguh dapat menghantui manusia, karena manusia itu pada dasarnya adalah mahluk sosial, mahluk yang membawa sifat dasar ketegantungan. KHALAQAL INSANA MIN ‘ALAQ, begitu bunyi wahyu pertama Al Quranul Karim. Memang, sewaktu-waktu manusia itu bisa merasa senang dalam kesendiri-annya, akan tetapi tidak untuk selamanya. Manusia me-nya-dari, bahwa hubungan yang dalam dan dekat dengan pihak lain akan membantunya untuk mendapatkan kekuatan dan membuat dia lebih bisa menghadapi tantangan. Karena alasan-alasan inilah maka manusia melakukan pernikahan, berkeluarga, bahkan bermasyarakat dan berbangsa. Allah SWT Maha Mengetahui, bahwa hal seperti itu dialami oleh semua manusia, baik pemuda maupun pemudi, duda maupun janda. Oleh karena itu, Al Quranul Karim ketika berbicara tentang janda yang belum selesai iddahnya, menyatakan : (Q.S. Al Baqarah 234).              Artinya : Tidak ada dosa bagimu ( hai para wali), membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka secara makruf. Maksud ayat tersebut adalah mereka, janda-janda (karena suaminya meninggal dunia itu) boleh berhias, bepergian dan menerima pinangan. Sedang para lelaki diingatkan oleh lanjutan dari ayat itu (Q.S. Al Baqarah: 235)., yang artinya: Tidak ada dosa bagimu meminang wanita-wanita itu dengan (kalimat) sindiran atau kamu menyem-bunyikan (keinginan mengawini mereka). Allah mengetahui, bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah. Dari sinilah Islam mensyariatkan dijalinnya pertemuan pria dan wanita ; diarahkannya pertemuan itu sedemikian rupa hingga terlaksana apa yang disebut pernikahan untuk mengusir hantu keterasingan dan untuk mengalihkan kerisauan dan kegalauan menjadi ketentraman dan ketenangan. Sebagaimana (Q.S. Ar-Rum: 21)             ••   •       Artinya: Diantara tanda-tanda (kebesaran dan kekuasaan Allah) adalah Dia menciptakan dari jenismu pasangan-pasangan agar kamu (masing-masing) memperoleh keten-traman dari (pasangan)-nya dan dijadikannya diantara kamu mawaddah dan rohmah. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Alloh bagi kaum yang berpikir Ananda calon suami istri, yang berbahagia. Membangun RUMAH TANGGA itu, bukan seperti membangun rumah gedung bertingkat. Menyusun batu bata di atas batu-bata. Tidak juga seperti membuat taman, merangkai bunga di samping bunga. Juga bukan seperti menghimpun binatang dalam satu kandang, satu jantan sepuluh betina. Bukan, bukan seperti itu, melainkan membangun rumah tangga itu dimulai dengan pernikahan antara seorang pria dan.... seorang wanita, seperti yang berlangsung sekarang ini, antara kalian berdua dengan beberapa syarat, antara lain yang selalu harus dipahami dan dihayati, Pertama adalah yang berkaitan dengan ijab kabul, serah terima pernikahan. Serah terima itu pada hakikatnya adalah ikrar untuk hidup bersama, seiya sekata mewujudkan sakinah atau ketentraman dengan melaksa-nakan segala tuntunan dan kewajiban. Saling wasiat mewasiati-lah tentang suami dan istri untuk berbuat baik. Kalian menerimanya atas dasar amanat Allah, dan menjadi halal hubungan seksual itu atas dasar kalimat Allah. Itulah yang selalu harus diingat dan dihayati, agar menjadikan kehidupan rumah tangga kalian dinaungi oleh makna kalimat itu, kebenaran, keadilan, langgeng tidak berubah, luhur penuh kebajikan dan dikaruniai anak yang soleh-solehah, penyejuk mata, penyenang hati, berbakti kepada kalian ayah bundanya dan kakek neneknya serta santun pada ahli keluarga dan tetangga disekitarnya. Itulah yang pertama, ijab kabul. Yang kedua, yang perlu digaris bawahi dalam konteks pernikahan ini adalah mahar. Suami berkewajiban menyerahkan mahar atau maskawin kepada istri. Islam menganjurkan agar maskawin itu sesuatu yang bersifat materi. Oleh karena itu bagi yang tidak memilikinya, dianjurkan untuk menangguhkan pernikahan sampai dia memiliki kemampuan. Akan tetapi jika karena satu dan lain hal, dia harus juga melakukan pernikahan, maka cincin besi pun jadilah. Begitulah sabda Nabi Muhammad SAW. Dan jika cincin besi inipun tidak dimilikinya, sedang pernikahan tidak dapat ditangguhkan lagi, maka maskawin itu boleh berupa jasa mengajarkan Al Quran. Begitulah petunjuk Nabi Besar Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan oleh kedua pakar hadis, Bukhari dan Muslim. Ananda Calon Suami Istri serta hadirin Rahimakumullah Mahar atau mas kawin itu adalah lambang kesiapan dan kesediaan suami untuk memberi nafkah kepada istri dan putra-putrinya. Selama maskawin itu bersifat lambang, maka tidak harus banyak, bahkan sebaik-baik maskawin adalah seringan-ringannya. Begitu sabda nabi Muhammad SAW, walaupun Al Quran tidak melarang untuk memberi sebanyak mungkin mas kawin. Mengapa demikian ? Karena pernikahan itu bukanlah akad jual beli. Mas kawin itu bukan harga dari seorang perempuan. Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah Tali-temali pengikat pernikahan itu pada pokoknya ada empat: Yang pertama: CINTA. Cinta itu adalah kecenderungan hati kepada sesuatu. Kecenderungan ini boleh jadi disebabkan lezatnya yang dicintai atau karena manfaat yang diperoleh daripadanya. Cinta sejati antar manusia terjalin bila ada sifat-sifat pada yang dicintai sesuai dengan sifat yang didambakannya. Rasa inilah yang menjalin pertemuan antara kedua pihak dalam saat yang sama dicintai dan mencintai. Yang kedua: MAWADDAH: Yaitu sesuatu di atas cinta yang seharusnya mengikat hubungan suami istri. Tahukah ananda berdua, apa yang disebut mawaddah itu ? Mawaddah, maknanya berkisar pada kelapangan dan kekosongan . Kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Demikian menurut pakar Tafsir Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Mawaddah itu adalah cinta plus. Bukankah yang mencintai, -disamping akan terus berusaha mendekat dan mendekat- sesekali hatinya kesal juga, sehingga cintanya pudar, bahkan putus. Sedang bagi orang yang didalam hatinya bersemi mawaddah atau cinta plus itu, dia tidak akan memutuskan hubungan, seperti yang biasa terjadi pada orang yang bercinta. Ini disebabkan hatinya begitu lapang dan kosong dari keburukan, sehingga pintunya pun sudah tertutup, tidak bisa dihinggapi keburukan lahir dan batin, yang mungkin datang dari pasangannya. Mawaddah adalah cinta plus yang tampak dampaknya pada perlakuan, serupa dengan tampaknya kepatuhan akibat rasa kagum dan hormat kepada seseorang. Yang ketiga: RAHMAH. Rahmah adalah kondisi psikologis, yang muncul di dalam hati, akibat menyaksikan ketidak berdayaan, sehingga mendorong yang bersang-kutan untuk melakukan pember-dayaan. Karena itu, dalam kehidupan keluarga masing-masing suami dan istri akan bersunguh-sungguh , bahkan bersusah payah, demi mendatangkan kebaikan bagi pasangannya. Rahmah itu menghasilkan kesabaran......., murah hati, tidak angkuh, tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri, tidak pemarah dan tidak pendendam. Ia menutupi segala sesuatu dan sabar menanggung segalanya. Sementara mawaddah tidak mengenal batas dan tidak berkesudahan. Mengapa Al Quranul Karim menggaris bawahi hal ini dalam rangka jalinan perkawinan. Agaknya karena betapapun hebatnya seseorang, pasti dia memiliki kelemahan. Dan betapapun lemahnya seseorang pasti ada juga unsur kekuatannya. Suami dan istri tidak luput dari keadaan demikian, sehingga suami dan istri harus berusaha untuk saling melengkapi. Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah Firman-firman Alloh SWT tersebut mengandung isyarat, bahwa suami dan istri harus dapat menjadi diri pasangannya dalam arti masing-masing harus merasakan dan memikirkan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh pasangannya dan masing-masing harus mampu memenuhi kebutuhan pasangannya itu. Perhatikan firman Allah sbb (Q.S. Al Baqarah : 187)   •   •   Artinya : Istri-istri kamu adalah pakaianmu dan kamu adalah pakaian mereka Ayat tersebut tidak hanya mengisyaratkan, bahwa suami dan istri saling membutuhkan, melainkan juga berarti, suami dan istri masing-masing menurut kodratnya memiliki kekurangan, harus dapat berfungsi menutup kekurangan pasangannya itu. Ananda calon suami istri serta hadirin rahimakumullah. Para pakar mengatakan, bahwa kasih sayang disuburkan dengan kesadaran, tak seorang pun yang sempurna. Kekurangan yang dimiliki istri boleh jadi dimiliki juga oleh suami dalam bentuk yang lain. Kesalahan yang dilakukan oleh suami dapat juga dilakukan oleh istri dalam bentuk yang sama atau yang lain. Kesadaran demikianlah yang dapat memelihara dan menyuburkan kasih sayang. Akan tetapi jika kasih sayang itu pun putus, jangan putuskan pernikahan, karena ada amanah yang harus dipertahankan. Yang keempat : AMANAH Istri adalah amanah bagi sang suami dan suamipun amanah bagi sang istri. Tidak mungkin orang tua kalian dan keluarga kalian masing-masing akan merestui pernikahan ini tanpa adanya rasa percaya dan aman. Suami, demikian juga istri, tidak akan menjalin hubungan kecuali jika masing-masing merasa aman dan percaya kepada pasangannya. Penikahan ini bukan hanya amanat dari mereka, melainkan juga amanat dari Allah swt. Bukankah ia dijalin atas nama Allah dengan menggunakan kalimat-Nya. Hadirin Rahimakumullah Ada seorang pria datang kepada saidina Umar ra. dan menyampaikan rencananya menceraikan istrinya. Dimana engkau letakkan amanah yang telah engkau terima itu. Lalu beliau membaca firman Allah : (Q.S. An Nisa: 19)              Artinya: Seandainya kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah/jangan ceraikan). Mungkin kamu tidak mrnyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. Siramilah amanah itu dengan shalat walau pun hanya lima kali sehari. ANANDA CALON SUAMI ISTRI YANG BERBAHAGIA LAKSANAKANLAH SEMUA PERINTAH ALLAH SWT DAN JANGAN LANGGAR LARANGANNYA, ANTARA LAIN ADALAH : Kembangkanlah layar, Bismillahi majreha wa mursaha ina robbil ghafurrurrahim. Kedua mempelai, hadirin wal hadirot para tamu dan udangan yang berbahagia; Demikanlah nasehat perkawinan ini seandainya ada benarnya, semata-mata karunia Alloh SWT, sebaliknya seandainya banyak salah dan kekhilafan itu semua karena kedhoifan dan kebodohan saya sendiri. Oleh karena itu kepada hadirin dan hadirot saya mohon maaf dan kepada Alloh saya mohon ampunannya. Selamat jalan dan selamat berbahagia kedua penganten, selamat menapakkan kaki di jalur kehidupan baru dan dirumah tangga yang baru, rumah tangga baru yang kalian bangun sendiri, yang awal perjalanannya kalian mulai hari ini. Semoga rahmat, barokah, petunjuk, bimbingan dan ampunan Alloh senantiasa menyertai perjalanan pernikahan kalian. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. Wassalamualaikum wr. wb. اَ لدُّ عَاءُ بَعدَ عَقدِ ا لنِكَا حِ َا لحْمَدُ لله رَبِّ ا ْلعَا َلمِينَ وَا لصًَلا َةُ وَالسًَلا مُ عَلَى اَسْرَفِ اْلاَ نْبِيَاءِ وَاْلمُرْ سَلِينَ وَعَلَى اَلِِِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعَِيَنَ . َاللَّهُمَ بَا رِكْ ِلهِذَا اْلعَقدِ اْلمَيْمُونَ, وَاجْعَلْ اِجتِمَا عَهُمَا فِى حُصُولِ خَيِْرٍ يَكُو نَ .َواَ لْقِ بَيْنَهُمَا اَلَمَحَبَّةَ وَالوَِدَادَ.وَرْازُقهُمَا النَّسْلَ الصَّا ِلحَ مِنَ الْبَنَاتِ وَاْلاَوْلاَدِ حَتَّى يَكُونَ اْلاَ سْبَاطَ وَالاَ حْفَادَ وَوَسِّع عَلَيْهِمَا الرِّزْقَ وَحْفَظْهمُاَ مِنْ مَكَايِدِ اْلخَلْقِ ِبرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّا حِمِينَ.اَللَّهُمَ أَصْلِحْ بَيْنَهُمَا مَعَ الأَ عْمَالِ وَأَلِّّفْ بَْينَ قُلُو ِبِهمَا مَعَ اْلأِ يمَانِ وَ اَ كــْثِرْ اَوْلاَدَ هُمَا مَعَ الصَّا لِحِْينَ.وَلاَ تَجْعَلْ بَيْنَهُمَا فِـتـْـنَةً بِجُوْدِكَ وَكَــرَمِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّا حِمِينَ . اَللَّهمَّ اَ لــِِّفْ بَينَ قُلـُوْ بِهِمَا كَمَا َا لَّفْتَ بَينَ الَماءِ وَالطِّينِ واَجْعَلْ هُمَا صَا بـِرِينَ كَمَا صَبَرْتَ طِيْنَا دَاءِمًا اِلَى يَومَ الدِ ّينَ اَللَّهمَ بَارِكْ كُلاً مِنْهُمَا فِى صَا حِبِهِ يَا اَرْحَمَ الرَّا حِمِينَ . اَللَّهمَ ارْزُقهُمَا ذُرِّ يَةً صَا لِحَةً قُرَةً عَينً لَهُمَا وَلِلمُسْلِمِينَ اَجَـمَعِينَ Ya Allah ……. kiranya Engkau berkenan melimpahkan kepada Ummul Habibah Binti Hasyim Asy'ari dan Redi Oktariawan Bin Edi Rahman cinta yang Kau jadikan pemgikut Rasulullah dan Khadijatul Al-Kubra, jadikan air mata kasih sayang Cholifah Ali Bin Abi Tholib dan Fatimah Az-Zahra yang engkau jadikan penghias keluarga Nabi Mu yang Suci. Ya.. Allah… jadikanlah Ummul Habibah Binti Hasyim Asy'ari dan Redi Oktariawan Bin Edi Rahman sebagai Suami-Isteri yang saling mencintai dikala dekat, saling menjaga kehormatan dikala jauh, saling menghibur dikala duka, saling mengingatkan dikala bahagia, saling mendo’akan dalam kebaikan dan ketaqwaan dan saling menyempurnakan dalam periba-datan. Ya.. Allah… sempurnakan kebahagiaan mereka berdua dengan menjadikan pernikahan ini sebagai Ibadah kepada Mu dan bukti pengikutan dan Cinta mereka berdua kepada Sunnah keluarga Rasul Mu. Ya.. Allah… bimbing dan lindungilah mereka berdua dalam membentuk keluarga Sakinah Mawaddah Warrohmah dan semoga mendapat keturunan yang Shaleh – Sholihah yang berbakti kepada Mu dan taat kepada kedua orang Tua. .رَبَّنَا اَ تِنَا فِى الدُّنيَا حَسَنَةً وَفِى الأَ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّا رِ.َوصَلَّىالله عَلَى سَيِّدِ ناَ مُحَمَدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَ صحَابِهِ اَ جمَعِينَ وَالحَمدُ لله رَبِّ ا لعَا لَمِين َ . Pringsewu Kamis, 12 Juli 2012 M.Munzir Syahid

Tidak ada komentar: